Transformasi Musik Taylor Swift, Mulai dari Citra Gadis Manis hingga Jadi Feminis

Aulia Firafiroh - Sabtu, 5 Februari 2022
Transformasi musik Taylor Swift
Transformasi musik Taylor Swift Instagram.com/taylorswift

Parapuan.co-  Taylor Swift dikenal sebagai musisi yang kerap menyuarakan isi pikiran, curahan hati, dan kisah cintanya lewat lagu.

Penyanyi berusia 32 tahun ini banyak menulis lagu mengenai pengalaman hidupnya yang ternyata juga dialami oleh banyak perempuan.

Tak heran, jika lagu yang diciptakan oleh Taylor Swift menginspirasi banyak orang.

Selain itu, Taylor Swift juga dinobatkan sebagai ikon feminis karena berhasil mengendalikan dunia musik yang selama ini didominasi oleh laki-laki, melansir laman resmi billboard.

Kali ini PARAPUAN akan membahas mengenai bagaimana perubahan musik Taylor Swift, yang awalnya menggambarkan sosok gadis dan feminim lalu bertransformasi menjadi feminis.

Bahkan perubahan musik pelantun lagu All Too Well ini sampai dijadikan mata kuliah oleh New York University.

Masih melansir dari laman billboard, dahulu Taylor Swift kerap dikritik karena lagu-lagunya terlalu memuja laki-laki.

Lagu pertamanya berjudul Tim McGraw menceritakan tentang sosok perempuan romantis yang begitu merindukan kehadiran seorang laki-laki untuk menghidupkan lagi kisah cinta mereka lewat lagu favorit.

Tak hanya itu, melalui lagu Love Story yang ditulisnya, Taylor Swift menghidupkan kembali dongeng klise tentang Romeo dan Juliet.

Baca juga: Profil Taylor Swift yang Lagunya Mengandung Makna Politik hingga Ada Mata Kuliahnya

Kemunculan lagu itu mendapat kritikan dari Amanda Hess lewat tulisannya yang tayang di surat kabar Washington City Paper.

“Taylor Swift menyanyikan lagu-lagu tentang perempuan harus menunggu, menjadi seorang putri, dan menangis untuknya 'Romeo'. Dan berharap Romeo untuk menyelamatkannya dari ayahnya, yang sangat kejam. Kemudian, dia membuat video untuk lagu-lagu ini di mana dia benar-benar menunggu di menara gading untuk pangerannya datang,” ujar Amanda Hess dalam tulisannya.

Kritikan itu kemudian dijawab oleh Taylor Swift pada tahun 2012 melalui The Daily Beast.

“Saya tidak benar-benar memikirkan hal-hal sebagai pria versus wanita. Saya tidak pernah. Saya dibesarkan oleh orang tua yang membesarkan saya untuk berpikir jika Anda bekerja sekeras laki-laki, Anda bisa melangkah jauh dalam hidup,” kata Taylor Swift saat itu.

Dua tahun kemudian tepatnya tahun 2014, Taylor Swift mendeklarasi dirinya sebagai seorang feminis.

Sejak saat itu ia banyak belajar dan membaur dengan artis feminis lainnya seperti Beyonce, Lorde, Emma Watson, dan Chloe Grace Moretz.

Namun Taylor Swift membawa kata "intersectionality" ke dalam budaya pop mainstream ketika ia dan Nicki Minaj memperdebatkan nominasi MTV Video Music Award.

Nicki Minaj mengeluh di Twitter bahwa video musik "Anaconda" banyak yang berkomentar "melecehkan", sedangkan "Bad Blood" di album 1989 milik Taylor Swift mendapat komentar positif.

"Jika video Anda merayakan wanita dengan tubuh yang sangat ramping, Anda akan dinominasikan untuk vid of the year," ujar Nicki Minaj saat itu.

Baca juga: Ada Mata Kuliah Taylor Swift di New York University, Ini Isi Pelajarannya

“Saya tidak melakukan apa pun selain mencintai & mendukung Anda. Tidak seperti Anda untuk mengadu domba wanita satu sama lain. Mungkin salah satu dari pria itu mengambil tempatmu,” jawab Taylor Swift melalui tweetnya.

Tak lama setelah itu, Taylor Swift menyadari privilesenya sebagai perempuan kulit putih yang berbeda dengan Nicki Minaj.

Taylor Swift tersadar bahwa kekerasan yang dihadapi oleh kelompok kulit hitam khususnya perempuan sangat bertumpuk.

Selain masalah ketidakadilan gender, perempuan kulit hitam di Amerika Serikat juga mengalami seksisme dan rasisme.

“Saya pikir saya dipanggil. Saya melewatkan intinya, saya salah paham, lalu salah bicara. Maafkan aku, Nicki,” kata Taylor Swift melalui akun Twitter resminya.

Menanggapi pernyataan mantan kekasih Hary Styles itu, Nicki Minaj memaafkannya.

 “Saya selalu mencintainya. Semua orang membuat kesalahan. Dia mendapatkan lebih banyak rasa hormat dari saya. Let's move on," jawab Nicki Minaj.

Setelah itu Taylor Swift meluncurkan album Reputation pada tahun 2017 dan melepaskan citra gadis baik.

Usai Reputation, Taylor Swift mengeluarkan album Lover pada tahun 2019. Salah satu lagunya ada yang berjudul The Man.

Lagu tersebut kekesalannya diejek orang-orang karena selalu membuat lagu tentang mantan pacar.

Ia menceritakan bagaimana perjuangan kariernya digambarkan oleh media, sedangkan berbeda jika hal itu dilakukan penyanyi laki-laki.

Nah, Kawan Puan suka album Taylor Swift yang mana dan versi seperti apa nih? (*)

Sumber: Billboard
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Transformasi Musik Taylor Swift, Mulai dari Citra Gadis Manis hingga Jadi Feminis