Namun, penghasilan seorang food blogger bersifat tentatif dan bisa berubah berdasarkan engagement yang didapat seperti jumlah 'likes' atau komentar pada unggahan tersebut.
"Kadang ada akun misalnya followersnya 200 ribu. Tapi kok likes-nya cuma 200, 400. Kan pemilik usaha curiga, followersnya benar atau enggak," ujarnya.
Tapi bukan berarti, profesi food blogger bukanlah pekerjaan yang menjanjikan.
Rivan membagikan tips dan trik yang harus dilakukan untuk menambah jumlah followers, salah satunya dengan membangun interaksi dengan followers dan membuat konten yang menarik.
Tak hanya itu, Rivan juga mengatakan bahwa mimik wajah ketika mencoba makanan juga harus membuat audiens menarik.
"Kalau gue brandingnya memang sengaja rakus. Memang aslinya begitu, jadi buat tampil begitu enggak susah. Aslinya makannya memang banyak dan buru-buru. Memang enggak semua orang suka, ada komentar negatif. Tapi enggak masalah," ujar Rivan.
Sayangnya, Rivan mengaku profesi food blooger tak bisa diprediksi atau stabil seperti profesi lainnya.
Ia juga mengatakan jika penting sekali bagi food blogger untuk menjadi kreatif dalam menyiasati platform.
Meski saat ini pengguna Instagram meningkat, masih ada platform media sosial lain yang bisa digunakan.
"Platform kan enggak cuma Instagram. Ada blog, YouTube, misalnya. Kan juga ada Adsense," tutupnya.
Setelah membaca informasi soal food blogger, apakah Kawan Puan tertarik dengan profesi ini? (*)