Parapuan.co - Kawan Puan, setiap tanggal 9 Februari, masyarakat Indonesia merayakan Hari Pers Nasional.
Di hari yang istimewa ini, Kawan Puan diajak untuk memberikan apresiasi terhadap para jurnalis atau wartawan yang telah bekerja keras menyampaikan informasi kepada publik.
Merintis karier di dunia pers tentu bukanlah hal yang sederhana dan memerlukan pengalaman lapangan yang banyak.
Salah satu jurnalis yang sudah memiliki jejak karya di dunia pers adalah Rosianna Silalahi.
Nama Rosi sudah dikenal sebagai pembawa berita hingga pimpinan redaksi yang punya segudang pengalaman menarik dalam perjalanan kariernya.
Pada Maret 2021 lalu, PARAPUAN berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Rosianna Silalahi dalam acara Podcast Cerita Parapuan.
Dalam kesempatan tersebut, Rosi menceritakan pengalaman emosionalnya menjadi seorang jurnalis.
Ia juga membahas soal tata cara kelola emosi bagi perempuan yang merasa bahwa diri mereka mudah tersentuh dan mudah menangis.
Rosianna Silalahi mengakui bahwa ia memiliki kelemahan yang tidak diketahui orang banyak yaitu sifatnya yang cengeng atau mudah menangis.
Baca Juga: Diperingati 9 Februari, Ini Tema dan Sejarah Hari Pers Nasional 2022
Dalam perjalanan kariernya, sifatnya yang mudah menangis juga memberikan dampak signifikan.
Terlebih, di era pandemi Covid-19 ini, para jurnalis harus mampu memberitakan kabar duka atau peningkatan kasus yang dapat memantik kecemasan.
"Waktu itu saya mewawancarai keluarga yang ayahnya meninggal padahal dokter, meninggal karena Covid-19," cerita Rosi.
"Sang ibu juga meninggal karena depresi melihat pemberitaan (Covid-19)," imbuhnya.
Pengalaman tersebut ternyata menyisakan kesedihan di hati Rosi dan memantik tangisnya.
Sebagai seorang pembawa berita dan jurnalis, Rosi merasa bersalah karena merasa sebagai salah satu faktor penyebab depresi dari sosok ibu tersebut.
"Jujur saya merasa bersalah dan merasa jangan-jangan apa yang kami lakukan juga ikut memberikan beban," kata Rosi.
Tindakan yang dilakukan Rosi adalah meminta maaf atas nama pribadi dan perusahaan yang ikut memberitakan soal Covid-19.
Baca Juga: Pesan Rosianna Silalahi untuk Para Suami: Jangan Minder Punya Istri dengan Gaji Lebih Tinggi
"Saya minta maaf jika ada pemberitaan yang menjadi beban almarhum ibunda," jelas Rosi.
Bagi Rosianna Silalahi, apa yang ia sampaikan kepada keluarga tersebut bukanlah bentuk kelemahan yang harus ditutupi.
Ia melihat bahwa sikapnya merupakan bentuk ekspresi tanggung jawab.
"Menurut saya itu adalah ekspresi sebagian dari ikut tanggung jawab, ikut merasa bertanggung jawab," ungkapnya lebih lanjut.
Pengalamannya tersebut membuat Rosi terus belajar untuk mengelola emosi.
Maka, ia memilih untuk menyembunyikan sifat cengengnya saat berada di depan kamera atau di hadapan publik.
Sosok Rosianna Silalahi yang selalu dinilai kuat dan mengintimidasi ternyata menyimpan ekspresi perasaan yang lembut yang ia simpan di balik layar.
Bagi Rosi, memiliki emosi yang cukup sensitif bukanlah hal yang salah ataupun buruk.
Menangis dan memiliki hati yang mudah tersentuh adalah sikap yang wajar dari manusia.
"Menangis, menumpahkan, bukanlah sesuatu yang buruk," tutup Rosianna Silalahi.
Baca Juga: Liputan Demo 2 Minggu Sebelum Nikah, Frisca Clarissa Bagikan Pengalaman Menarik Jadi Jurnalis
(*)