Parapuan.co - Dari beberapa jenis alas kaki yang populer di kalangan perempuan, high heels merupakan salah satu yang wajib dimiliki dan identik dengan gaya feminin.
Kebanyakan perempuan memakai high heels untuk memberikan ilusi kaki yang lebih panjang, membuat gayanya lebih modis, dan sebagainya.
Heels sendiri hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang walaupun kerap dianggap tidak nyaman, keberadaannya saat ini tak bisa dipungkiri menjadi favorit banyak perempuan.
Mengutip Teen Vogue, asal muasal high heels pertama kali terlihat di abad ke-15, di mana para tentara Persia mengenakan high heels untuk membantu mereka tetap aman saat berkuda karena pijakannya yang menjadi lebih kuat.
Para migran Persia kemudian membawa tren sepatu tersebut ke Eropa, di mana bangsawan laki-laki memakainya untuk tampil lebih tinggi dan terlihat lebih tangguh.
Saat itu, dikutip dari The Fact Shop, jauh sebelum dipakai oleh perempuan, high heels paling populer di kalangan raja, bangsawan, dan orang laki-laki kaya lainnya.
Sementara sepatu boots koboi saat ini memiliki hak rendah yang memungkinkan stabilitas lebih baik, berabad-abad sebelumnya, hak tinggi lebih memungkinkan laki-laki untuk berdiri dan menggunakan senjata dengan lebih baik selama perang.
Kapan perempuan pertama kali mulai mengenakan high heels?
Baca Juga: Cocok untuk Ragam Acara, Ini 5 Jenis High Heels yang Harus Dimiliki Perempuan
Perempuan tidak mengenakan jenis alas kaki ini sampai pertengahan tahun 1500-an, di mana perempuan pertama yang tercatat mengenakan high heels adalah Catherine de Medici.
Sebelum menjadi tren di kalangan perempuan, perempuan biasanya mengenakan sepatu platform.
Banyak ditemukan di sekitar wilayah Venice, Italia, sepatu platform ini disebut sebagai chopines dan sering dipakai oleh perempuan prostitusi dengan tinggi mencapai 20 inci.
Tujuannya mirip seperti saat ini, yakni memungkinkan perempuan terlihat lebih tinggi dan dapat melindungi kaki mereka dari jalanan berlumpur di kota itu.
Pada tahun 1673, Raja Louis XIV memperkenalkan sepatu dengan hak dan sol berwarna merah ke pengadilan Perancis.
Praktik mengenakan high heels di kalangan bangsawan kemudian ditiru oleh bangsawan di seluruh Eropa dan menjadi sangat modis.
Ternyata, pemakaian high heels oleh laki-laki saat itu bertujuan untuk menunjukkan kekayaan, sebagai simbol status, dan kekuasaan.
Evolusi high heels
Lebih lanjut, pada tahun 1700-an, perempuan mulai banyak yang mengenakan high heels untuk membuat kaki mereka terlihat lebih kecil.
Baca Juga: Ingin Pakai Heels Tapi Kaki Lebar? Simak 5 Pilihan Sepatu ini!
Standar kecantikan kala itu adalah bahwa perempuan terlihat lebih cantik dengan kaki yang lebih kecil.
Sementara tren fashion saat itu, melibatkan rok panjang yang menjuntai ke bawah dan gaun yang menutupi seluruh bagian kakinya saat memakai high heels untuk menciptakan ilusi kaki lebih kecil.
Memang, jika dibandingkan saat mereka memakai flat shoes, kaki perempuan akan terlihat lebih kecil saat memakai sepatu hak.
Tahun 1940-an dan 1950-an menandakan peningkatan penggunaan high heels di kalangan perempuan.
Teknologi semasa perang membantu mempopulerkan stiletto yang sampai saat ini masih populer.
High heels di masa ini pun terlihat lebih ramping dari sebelumnya, sebab sebelum era modern, haknya dibuat oleh kayu yang cukup tebal untuk menopang tubuh perempuan.
Seiring berjalannya waktu, high heels pun telah berevolusi dan hadir dalam berbagai gaya untuk dipakai di berbagai acara yang berbeda.
Dengan perubahan tren fashion dari musim ke musim, high heels masih menjadi sepatu esensial yang bertahan seiring berjalannya waktu. (*)
Baca Juga: Tetap Nyaman, Ini 4 Cara Agar Kaki Tidak Sakit Saat Memakai High Heels