Schadenfreude mungkin tampak kejam, tetapi ketika kita melihat lebih dekat, muncul pemandangan emosional yang kompleks.
Senyum sinis yang timbul di atas kesusahan orang lain diungkap sebagai tanda kerentanan.
Selain itu, senyum tersebut tampak seperti kebencian mungkin sebenarnya adalah cinta dan hasrat untuk ikut bergabung.
Satu hal yang menggembirakan ketika kita mendengar kabar kemalangan orang lain adalah penemuan bahwa kita tidak sendiri di dalam kekecewaan kita, tetapi bagian dari komunitas manusia gagal.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa buku ini membahas emosi tersembunyi dan kesenangan julid itu lalu mengajak pembaca merenungkannya.
Ditulis dengan penjelasan yang jernih, buku ini menggabungkan observasi personal dan analisis kultural dengan bahasa yang ringan dan mengalir lancar—menyingkap informasi penting, sekaligus memperluas wawasan.
Jika Kawan Puan tertarik dengan buku Schadenfreude: Mengapa Kita Senang Melihat Orang Susah, kamu bisa membaca informasi lebih lengkap melalui Gramedia.com.
Yuk cari tahu mengapa fenomena ini sering muncul bahkan tanpa sadar kerap kita alami ketika melihat kesusahan orang lain! (*)
Baca Juga: Pikiran Bercabang Awal dari Rasa Tidak Bahagia, Begini Cara Mengatasinya