Tak dimungkiri, sosok Siska Nirmala juga mengakui bahwa awalnya tidak mudah menjalankan gaya hidup nol sampah.
Toh, seperti yang kita alami, hampir seumur hidup kita terbiasa menggunakan barang dan mengonsumsi makanan yang menghasilkan sampah.
Contoh sederhananya ialah ketika kita belanja ke supermarket untuk beli kebutuhan hidup sehari-hari, pulangnya kita akan menjinjing sejumlah kantong plastik.
Tidak hanya itu, belanjaan kita pun punya kemasan plastik yang tak bisa dimungkiri akan menghasilkan sampah kemasan.
Menurut Pieta, tantangannya banyak dan yang paling esensial itu tantangan ngalahin ego pribadi.
"Ego kepengin jajan cemilan kemasan, minuman kemasan pas haus, apalagi menghindari makan mi instan. Tapi, transisi ini, tuh, terasa berat hanya di tahun pertama saja," aku Pieta.
Setelah satu tahun terus belajar dan bertahan dengan gaya hidup nol sampah, Pieta merasa tahun selanjutnya lebih ringan dan menyenangkan.
Baginya, gaya hidup ini sangat memungkinkan dan bukan hal yang mustahil untuk diterapkan, baik di kehidupan sehari-hari atau saat mendaki gunung.
"Menghindari sampah sejak awal, sama mudahnya dengan memproduksi sampah dari semua hal yang serba instan. Tapi dampaknya jauh berbeda," tulis Pieta dalam unggahan Instagram-nya.
Baca Juga: Desi Remora, Pengusaha Tas dan Sepatu Kulit Berbasis Ramah Lingkungan di Malang