Parapuan.co - Permasalahan sampah plastik ialah salah satu yang meresahkan dan kehadirannya bahkan banyak di beberapa gunung di Indonesia.
Pemandangan sampah plastik yang berserakan di sepanjang jalur pendakian atau tempat kamping pendaki ini membuat sosok Siska Nirmala merasakan gelisah yang tak biasa.
Pasalnya, penulis sekaligus jurnalis yang hobi mendaki gunung ini bahkan mendapati pemandangan menyedihkan itu di Gunung Rinjani, NTB hingga Gunung Semeru, Jawa Timur.
Nah, dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada 21 Februari, beginilah kisah Pieta yang tidak tinggal diam dan mengabaikan keresahannya.
"Aku jadi kepikiran, gimana caranya supaya kalau naik gunung bisa enggak menghasilkan sampah," ungkap perempuan yang akrab disapa Pieta ini, melansir NOVA.
Maka itu, Pieta tergerak untuk melakukan pendakian tanpa meninggalkan jejak sampah sama sekali yang dirinya sebut ekspedisi nol sampah.
"Aku mulai dengan ekspedisi nol sampah jadi aku naik ke beberapa gunung di Indonesia tanpa menghasilkan sampah sama sekali," ujar Pieta.
"Aku membawa peralatan yang tidak menghasilkan sampah dan membawa perbekalan yang juga tidak menghasilkan sampah," tambahnya Pieta.
Ekspedisi tersebut pun berjalan dengan lancar. Setelah itu, perempuan kelahiran tahun 1987 ini pun mengaplikasikan konsep gaya hidup nol sampah ini ke dalam kehidupannya sehari-hari.
Baca Juga: 5 Cara Packing Photocard Kpop Ramah Lingkungan, Tanpa Bubble Wrap!
Tak dimungkiri, sosok Siska Nirmala juga mengakui bahwa awalnya tidak mudah menjalankan gaya hidup nol sampah.
Toh, seperti yang kita alami, hampir seumur hidup kita terbiasa menggunakan barang dan mengonsumsi makanan yang menghasilkan sampah.
Contoh sederhananya ialah ketika kita belanja ke supermarket untuk beli kebutuhan hidup sehari-hari, pulangnya kita akan menjinjing sejumlah kantong plastik.
Tidak hanya itu, belanjaan kita pun punya kemasan plastik yang tak bisa dimungkiri akan menghasilkan sampah kemasan.
Menurut Pieta, tantangannya banyak dan yang paling esensial itu tantangan ngalahin ego pribadi.
"Ego kepengin jajan cemilan kemasan, minuman kemasan pas haus, apalagi menghindari makan mi instan. Tapi, transisi ini, tuh, terasa berat hanya di tahun pertama saja," aku Pieta.
Setelah satu tahun terus belajar dan bertahan dengan gaya hidup nol sampah, Pieta merasa tahun selanjutnya lebih ringan dan menyenangkan.
Baginya, gaya hidup ini sangat memungkinkan dan bukan hal yang mustahil untuk diterapkan, baik di kehidupan sehari-hari atau saat mendaki gunung.
"Menghindari sampah sejak awal, sama mudahnya dengan memproduksi sampah dari semua hal yang serba instan. Tapi dampaknya jauh berbeda," tulis Pieta dalam unggahan Instagram-nya.
Baca Juga: Desi Remora, Pengusaha Tas dan Sepatu Kulit Berbasis Ramah Lingkungan di Malang
Rupanya, penerapan gaya hidup nol sampah yang dilakukan Pieta ini awalnya hanya pergerakan pribadi sebagai bentuk nyata dari sikap melindungi Bumi dari sampah plastik yang sulit terurai.
"Awalnya enggak pernah ada niat untuk kampanye serius. Memulai zero waste memang untuk menjawab kegelisahan pribadi soal masalah sampah," aku Pieta.
Katanya, "Aku melakukan ekspedisi nol sampah ke 5 gunung di Indonesia juga untuk meyakinkan diri kalau zero waste itu hal yang sangat memungkinkan, mudah, dan bahkan menyenangkan."
Jika Kawan Puan melihat Instagram Pieta yang bernama @zerowasteadventure, kamu akan mendapati bahwa mendaki gunung tanpa sampah tampak mudah.
Meski begitu, kamu butuh komitmen untuk melakukannya sejak awal sebelum mendaki gunung.
Pasalnya, dalam menerapkan konsep zero waste adventure seperti sosok Siska Nirmala, kamu tidak akan membawa apa pun yang berpeluang menjadi sampah plastik sekali pakai.
Misalnya, untuk membawa bahan makanan, kamu menggunakan kotak makan. Tidak ada bumbu masak sachet karena kamu bisa menaruh bawang di tas jaring.
"Karena banyak yang mengapresiasi dan bertanya, akhirnya cerita life changing experience itu aku tuangkan ke dalam buku yang berjudul Zero Waste Advanture,” jelas Pieta.
Baca Juga: Selain Stylish, 7 Bike Short Ini Dibuat dari Bahan Ramah Lingkungan
Menurut Pieta, buku tersebut merupakan salah satu caranya sebagai individu untuk mengampanyekan gaya hidup zero waste atau nol sampah agar lebih mengglobal.
Pieta sangat berharap apa yang dilakukan olehnya bisa menjadi virus baik dan mengubah cara pandang banyak orang dalam menyelesaikan permasalahan sampah.
“Dalam mengajak orang untuk melakukan gaya hidup zero waste, aku tidak pernah menggurui, tapi cukup lead by example aja," terang Pieta.
"Cukup liatin contoh apa yang udah aku lakukan lewat buku, foto-foto Instagram, Youtube, dan tulisan di website aku. Karena aksi lebih kuat pengaruhnya daripada teori kata-kata," tutup Pieta. (*)