Apa yang Menyebabkan Rusia Menyerang Ukraina? Ini yang Sebenarnya Terjadi

Firdhayanti - Jumat, 25 Februari 2022
Tentara Ukraina di perbatasan.
Tentara Ukraina di perbatasan. kompas.com

Baca Juga: 8 Orang Ukraina Dinyatakan Tewas Akibat Serangan Rusia, Perempuan Alami Serangan Siber

Konflik Rusia dan Ukraina menjadi perang terpanas di Eropa serta telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan jutaan orang mengungsi.

Pada konflik Rusia dan Ukraina 2014 lalu, Ukrania kekurangan perlengkapan dan demoralisasi. 

Namun, pada konflik Rusia dan Ukraina saat ini, Ukraina jauh lebih kuat secara militer. 

Dimensi ekonomi konflik Rusia dan Ukraina

Terlepas dari alasan ideologis dan politik, ada dimensi ekonomi di balik konflik Rusia dan Ukraina.

Putin memaksa Ukraina menjadi anggota dalam blok perdagangan bebas yakni Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) yang didominasi Rusia.

Blok perdagangan ini terdiri beberapa negara bekas Republik Soviet dan secara luas dipandang sebagai langkah pertama untuk mereinkarnasi Uni Soviet.

Dengan populasi 43 juta dan hasil pertanian dan industri yang kuat, Ukraina seharusnya menjadi bagian terpenting dari EAEC setelah Rusia, tetapi Ukraina menolak untuk bergabung.

Mengacu pada teori ekonomi model Paul Krugman, untuk menciptakan pasar swasembada, seseorang membutuhkan populasi sekitar 250 juta.

Baca Juga: Imbas Ketegangan di Ukraina, Harga Emas Dunia Naik Kisaran 1.900 Dollar AS

Sehingga, Ukraina dan Uzbekistan (dengan populasi 34 juta) perlu dimasukkan dalam "reinkarnasi Uni Soviet" tersebut.

Itu sebabnya ada perang geo-politik permanen di sekitar negara-negara ini termasuk memicu konflik Rusia dan Ukraina.

Ekonomi Ukraina tenggelam setelah memutuskan hubungan dengan Rusia, yang pernah menjadi mitra ekonomi terbesarnya.

Tetapi tujuh tahun setelah konflik dan resesi berakhir. 

Harga dunia untuk biji-bijian dan baja sebagai ekspor utama Ukraina mulai meroket sehingga memulihkan kondisi ekonomi Ukraina.

Seperti itu penjelasan mengenai latar belakang serangan di Ukraina, Kawan Puan. 

(*)  

Sumber: tribunnews
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Perempuan Berisiko Diabetes Lebih Tinggi, Tapi Gaya Hidup Jadi Kunci