Sebagai gambaran, Pitana mencontohkan Hari Raya Galungan di Bali dan Diwali di India.
“Cara perayaannya beda, sesuai dengan situasi lokal. Di Bali ada Siwaratri, di India ada Maha Purnima. Penyebutannya beda, tapi esensi sama,” tutur Pitana.
Pitana mengatakan bahwa perayaan Nyepi di Bali terbilang cukup unik.
“Hari Raya Nyepi adalah hari yang sangat kami sucikan sebagai awal tahun. Untuk memulai tahun ke depan itu, kami lakukan introspeksi dan retrospeksi,” kata Pitana.
“Kami juga menghitung berbagai hal yang sudah kami perbuat. Baik itu hal yang tidak bagus, yang bagus, dan seterusnya,” tambahnya.
Dalam merayakan Nyepi, ada empat hal yang dilarang untuk dilakukan.
Empat hal tersebut bernama Catur Brata Penyepian terdiri dari amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) , amati lelanguan (tidak bersenang-senang), dan amati geni (tidak menyalakan api).
Pitana pun menjelaskan maksud dari empat larangan tersebut.
Amati lelungan berarti bahwa umat Hindu harus berada di dalam rumah dan tidak boleh keluar dari pekarangan rumah.
Baca Juga: Aturan Hari Raya Nyepi 2022 di Bali, Jalan Tol hingga Bandara Ditutup