Contohnya seperti budaya kerja saling sikut, mendahulukan pekerjaan atau tidak pernah mengakui kesalahannya.
Hasil temuan survei ini menyatakan bahwa sebanyak 91 persen responden tidak setuju apabila laki-laki tidak memerlukan teman curhat, diikuti oleh 88 persen yang tidak setuju kalau laki-laki tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Laki-laki harus lebih dominan dari perempuan dalam segala hal sebanyak 80%, serta laki-laki tidak perlu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak sebanyak 95% responden yang tidak setuju.
Hal ini menampik anggapan sosial bahwa tugas domestik hanya bisa dilakukan oleh perempuan.
Selain itu, tercatat ada 81 persen pernyataan setuju perihal laki-laki yang harus kuat secara fisik dan mental.
Kemudian laki-laki lebih pantas untuk melakukan pekerjaan berat atau fisik sebanyak 62%, dan laki-laki dinilai harus selalu bisa mengambil keputusan dalam pekerjaannya diamini oleh 71% responden.
IBCWE melakukan survei cepat ini pada 896 orang selama bulan Februari 2022.
Responden tersebut terbagi atas 532 perempuan (59,4%), 362 laki-laki (40.4%), dan 2 orang yang tidak menyebutkan jenis kelaminnya (0,2%).
Sebagian besar responden berusia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 311 dan terdiri dari 123 laki-laki (34%), 187 perempuan (35%), dan sisanya tidak menyebutkan jenis kelaminnya.
Baca Juga: Bagaimana Toxic Femininity dan Masculinity Memicu Kekerasan? Ini Penjelasan Psikolog