Pretty Privilege, Menurut Riset Ini Alasan Mengapa Perempuan Berpenampilan Menarik Lebih Disukai di Tempat Kerja

Ardela Nabila - Minggu, 17 April 2022
Mengenal pretty privilege.
Mengenal pretty privilege. ImagingStocker

Parapuan.co - Bagi kebanyakan perempuan, memiliki penampilan yang menarik kerap kali dianggap sebagai privilege atau hak istimewa.

Bahkan di lingkungan profesional sekali pun, seperti di tempat kerja, tak jarang perempuan dinilai berdasarkan penampilannya.

Berdasarkan hasil riset terbaru yang dilakukan oleh PARAPUAN pada Maret 2022 lalu terhadap 771 perempuan Indonesia mengenai body positivity, hal ini ternyata membuat mereka ketakutan untuk tampil apa adanya.

Sebanyak 41,6 persen responden mengaku tidak berani untuk tampil apa adanya lantaran takut tidak bisa mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam karier.

Ternyata, media massa sangat memengaruhi bagaimana perempuan menilai citra tubuhnya sendiri, di mana 28,2 persen responden mengaku tidak puas dengan tubuhnya sendiri karena menganggap kecantikan bisa menjadi privilege dalam hidup.

Hal ini juga terlihat dalam riset yang dilakukan oleh Eva Sierminska pada tahun 2015 yang membuktikan bahwa pekerja yang atraktif secara penampilan memiliki penghasilan 15 persen lebih besar daripada mereka yang dianggap kurang atraktif atau tidak atraktif.

Dengan kata lain, karyawan yang memiliki penampilan menarik lebih menguntungkan suatu perusahaan, terlebih jika pekerjaannya mengharuskan interaksi dengan konsumen atau klien.

Pasalnya, memang banyak orang lebih suka berinteraksi dengan orang yang berpenampilan menarik.

“Orang yang berpenampilan kurang menarik harus bekerja lebih keras dan produktif agar bisa mendapatkan upah yang sama, sementara mereka yang berpenampilan menarik lebih sering menerima panggilan untuk wawancara,” ujar ekonom Eva Sierminska, dikutip dari Stylist.co.uk, Minggu (17/4/2022).

Baca Juga: Berdasarkan Survei, Ternyata Ini Pengaruh Penampilan terhadap Karier Perempuan

“Hal tersebut menunjukkan bagaimana pemberi kerja menilai bahwa mereka yang berpenampilan kurang menarik dianggap kurang mampu dalam pekerjaan mereka,” sambungnya.

Fenomena demikian dikenal juga dengan pretty privilege atau beauty privilege, di mana mereka yang dianggap memenuhi standar kecantikan memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh mereka yang berpenampilan biasa saja.

Melansir My Imperfect Life, standar kecantikan yang dimaksud biasanya berpusat pada ras kaukasia, yakni tubuh yang kurus, kulit putih, tinggi, dan fitur wajah simetris.

Kawan Puan mungkin juga sudah tak asing lagi dengan kedua istilah tersebut yang sering kali dibahas di media sosial.

Semakin dekat seseorang dengan standar tersebut, maka akan semakin istimewa ia dianggap oleh orang di sekitarnya, tak terkecuali di lingkungan kerja.

Seperti diungkapkan oleh broadcaster dan coach Jon Briggs, bahkan ketika orang tersebut tidak terbukti lebih baik dalam pekerjaannya, ia tetap cenderung lebih mudah dalam mendapatkan apapun.

“Meskipun tidak ada bukti bahwa mereka lebih pintar, lebih mampu, atau lebih cerdas dari orang lain. Atau tidak terbukti bahwa mereka lebih kompeten secara sosial maupun moral,” jelas Briggs.

Kendati demikian, alasan mengapa pretty privilege disukai oleh masyarakat adalah karena mereka cenderung memiliki kepercayaan diri lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki hak istimewa tersebut.

“Secara ekonomi, terbukti bahwa orang yang ‘cantik’ tidak lebih produktif atau kreatif dari orang biasa. Tetapi, mereka memiliki kepercayaan diri tinggi terkait keterampilannya, dan banyak perekrut yang menilai kepercayaan diri sebagai sifat menarik,” lanjut Briggs.

Baca Juga: Ternyata Ini Standar Penampilan Menarik di Dunia Kerja Menurut Pakar

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Leah D. Sheppard dan Stefanie K. Johnson pada tahun 2019 menemukan bahwa pebisnis perempuan yang berpenampilan menarik justru dianggap kurang bisa dipercaya.

Dalam studi tersebut, kedua peneliti menyebutnya sebagai femme fatale effect, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perempuan manipulatif.

“Perempuan yang berpenampilan menarik bisa dianggap sangat berbahaya,” ujar Leah Sheppard, asisten profesor di Washington State University sekaligus peneliti dalam studi tersebut, dikutip dari New York Times.

Studi tersebut menekankan pada bagaimana mereka yang berpenampilan menarik juga bisa diremehkan karena adanya rasa ketidakpercayaan diri, kecemburuan, dan ketakutan dari rekan kerjanya.

“Bagi perempuan, terdapat sejumlah konteks, di mana mereka bisa tidak diuntungkan oleh kecantikan mereka,” ujarnya lagi, mengarah pada faktor sosial.

Sheppard mengatakan, hal ini disebabkan oleh adanya rasa kecurigaan dari rekan kerja, baik perempuan maupun laki-laki.

Mereka sering menganggap bahwa perempuan berpenampilan menarik menggunakan kecantikannya untuk mendapatkan promosi dan pekerjaan penugasan kerja yang menguntungkan.

“Perempuan ‘cantik’ akan lebih sulit dalam hal membangun kepercayaan,” ujar Sheppard lagi.

Baca Juga: Syarat Penampilan Menarik di Dunia Kerja Bikin Minder? Ini Saran Pakar

Kawan Puan, ternyata pretty privilege di tempat kerja yang sering dianggap menguntungkan bagi perempuan berpenampilan menarik memiliki kekurangannya tersendiri.

Nyatanya, perempuan yang berpenampilan menarik juga bisa dipandang sebelah mata karena dianggap selalu menggunakan kecantikannya untuk mendapatkan hak istimewa yang tidak dimiliki rekan kerja lainnya.

(*)

 

Sumber: New York Times,Stylist.co.uk,My Imperfect Life
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja