Yekaterina, Perempuan Di Balik Modernisasi Rusia yang Dicap Hiperseks

Aulia Firafiroh - Senin, 9 Mei 2022
Yekaterina, pemimpin perempuan Rusia
Yekaterina, pemimpin perempuan Rusia grid

Saat berusia sepuluh tahun, Sophie dijodohkan oleh keluarganya Charles Peter Ulrich dari Schleswig-Holstein-Gottorp atau yang dikenal dengan Peter III. Peter III adalah sepupu keduanya yang merupakan calon tsar Rusia masa depan.

Peter ditunjuk oleh bibinya Elizabeth (yang saat itu masih menjadi Kaisar Rusia) sebagai penerus tahta dan menunjuk Sophie sebagai istrinya. Elizabeth sendiri belum menikah, tidak memiliki anak, dan membutuhkan ahli waris.

Pernikahan tsar Rusia dengan putri Prusia bertujuan untuk memperkuat persahabatan monarki Rusia dengan Prusia.

Pernikahan tersebut juga bertujuan untuk menghancurkan pengaruh Austria atas Kekaisaran Rusia.

Meski Sophie tidak menyukai calon suaminya, namun ia tahu apa yang diharapkannya dari pernikahan tersebut.

Sophie bahkan berusaha keras agar disukai oleh Tsarina Rusia Elizabeth, hingga belajar bahasa ke Ortodoksi Timur. Kemudian ia mengubah namanya menjadi Yekaterina atau Catherine.

Pada 1745, Yekaterina dan Peter III resmi menikah saat keduanya masih berusia 16 tahun. Lalu tujuh belas tahun kemudian, Peter III akhirnya menjadi tsar Rusia.

Namun saat itu Peter hanya memiliki sedikit sekutu, dan istrinya tidak berada di antaranya. Setelah enam bulan berkuasa, Peter III melakukan perjalanan ke Jerman.

Ketidakhadiran Peter, dimemanfaatkan Yekaterina untuk menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal Rusia. Kemudian Peter III meninggal tidak lama setelah itu.

Selama masa pemerintahannya, Yekaterina memperluas perbatasan Rusia secara masif dengan mencaplok tanah Krimea, Ukraina, Lithuania, Polandia, dan wilayah sekitarnya.

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

6 Bahan Alami untuk Membantu Mengatasi Masalah Biang Keringat