Parapuan.co - Seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami berbagai perkembangan.
Salah satunya ditandai dengan kemampuan bicara.
Umumnya anak yang berusia 2 tahun sudah memahami 50 kosakata.
Meski begitu, ada juga anak yang mengalami speech delay atau keterlambatan dalam berbicara.
Hal serupa juga disampaikan oleh dokter spesialis anak, Ajeng Indriastar.
Anak yang terlambat bicara biasanya jarang mengeluarkan dan merespons suara, tidak mengerti gestur orang sekitar, dan tidak memiliki kemampuan konsonan sesuai usia.
Sayangnya, orang tua baru menyadari itu saat usia anak 18-24 bulan, ketika anak tidak merespons saat dipanggil orang tua.
"Kalau kita tahu dari awal, kita akan cari tahu penyebabnya apa. Kalau tahu penyebabnya apa, solusinya berdasarkan si penyebab," ungkap Ajeng seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Ada dua kategori speech delay yang mungkin dialami anak.
Baca Juga: Ketahui Andil Orang Tua dalam Menumbuhkan Kesadaran Membaca Buku
Dua kategori speech delay itu adalah fungsional dan non-fungsional.
Namun, sebagian besar anak dengan speech delay saat ini masuk dalam kategori fungsional, artinya kurang stimulasi dan pola asuh yang salah.
Sementara yang termasuk keterlambatan non-fungsional adalah anak-anak yang memiliki gangguan bahasa reseptif, seperti autism ataupun Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Namun orang tua tak perlu khawatir, sebab menurut Ajeng ada tiga langkah untuk mencegah keterlambatan bicara pada anak.
1. Komunikasi dua bahasa
Menurut dokter Ajeng, komunikasi dua bahasa yang dimaksud bukan berasal dari orang tua yang berbeda kewarganegaraan.
Akan tetapi dari tontonan atau gawai yang bisa menyebabkan kebingungan pada anak.
Oleh karena itu, Kawan Puan perlu memastikan tontonan buah hati menggunakan bahasa yang akan ia gunakan sehari-hari, alih-alih bahasa asing.
Baca Juga: Dampak Luka Masa Kecil Orang Tua pada Tumbuh Kembang Anak, Seperti Apa?
2. Penggunaan gawai
Idealnya anak di bawah usia dua tahun tidak menggunakan gawai sama sekali.
Namun, hal ini kerap sulit dilakukan orang tua, apalagi di masa pandemi.
"Bijak menggunakan gawai. Bukan berarti dikasih begitu saja lalu ditinggal. Tapi ada pendampingan dan interaksi antara orang tua dan anak. Jangan sampai menjadikan gawai sebagai electronic baby sitting," katanya.
3. Alarm jika ada keterlambatan
Tanda anak terlambat bicara, menurut Ajeng, sebenarnya sudah bisa dilihat di usia 9 bulan, misalnya anak belum bisa mengucap kata "mama" atau "papa", atau anak memberi respons saat diajak bermain.
Meski begitu, sebaiknya anak tetap diperiksa oleh dokter dan mencari tahu apa penyebab keterlambatan bicara pada anak.
Selanjutnya, jika anak mengalami gangguan, segera diberikan terapi dan stimulasi.
Kawan Puan, itu tadi berbagai cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah anak terlambat bicara.
Mulai dari melatih cara berkomunikasi dan menyadari tanda keterlambatan.
Baca Juga: Buat Menyenangkan, Ini 5 Cara Sederhana Ajarkan Anak Balita Berhitung
(*)