Parapuan.co - Perceraian adalah hal yang dikhawatirkan oleh pasangan. Banyak pasangan khawatir perceraian akan terjadi pada rumah tangganya.
Pasalnya, tak dimungkiri kalau ada banyak faktor yang membuat kehidupan pernikahan berada di ambang perceraian.
Faktor tersebut mulai dari masalah ekonomi, perselingkuhan, hingga kekerasan.
Perlu Kawan Puan ketahui bahwa perceraian tidak hanya berdampak pada hubungan rumah tangga, namun juga kondisi anak.
Bagi anak, perceraian merupakan momen yang sangat menyedihkan, bahkan bisa sampai membuat stres karena membingungkan.
Mereka menganggap bahwa dunianya telah runtuh dalam sekejap.
Bahkan, jika tidak ditanggapi dengan baik, momen pecahnya keluarga ini dapat menjadi pengalaman traumatis bagi mereka.
Hal serupa juga disampaikan oleh seorang psikoterapis, Amy Morin.
Melansir dari Verywell Family, dampak emosional yang dialami oleh anak-anak dapat dibagi dalam tiga tahapan tumbuh kembang mereka.
Baca Juga: Beberapa Hal yang Sering Ditanyakan Anak-anak Tentang Perceraian
Pertama, jika perceraian terjadi ketika anak masih kecil, mereka cenderung berjuang untuk memahami mengapa mereka orang tua tidak bersama lagi.
Kemudian, akan muncul kekhawatiran bahwa mereka tidak lagi dicintai lagi oleh orang tuanya.
Hal ini disebabkan oleh munculnya pemahaman jika orang tua bisa berhenti mencintai satu sama lain, mereka pun mungkin bisa berhenti mencintainya juga.
Kedua, perceraian yang dialami oleh anak di tingkat sekolah dasar dapat membuatnya menganggap bahwa merekalah penyebabnya.
Anggapan ini didasarkan dari ketakutan mereka atas perilaku buruk atau kesalahan yang mungkin dilakukan kepada orang tua atau keluarganya.
Terakhir, perceraian yang terjadi ketika anak sudah berada pada usia remaja.
Pada masa ini, mereka cenderung akan mengalami gejolak emosi, seperti kemarahan atas tindakan perceraian dan perubahan yang diciptakannya.
Mereka akan cenderung menyalahkan orang tua atas putusnya hubungan pernikahan.
Baca Juga: Perlu Kamu Tahu, Perceraian Dapat Menimbulkan Trauma Pada Anak
Selain menyalahkan, anak remaja juga mungkin akan membenci salah satu atau kedua orang tua atas perceraian ini.
Akan tetapi, ketika berbicara dampak psikologis yang dialami oleh anak, Amy mengatakan bahwa hal itu tak bisa disamakan.
Bagi beberapa anak, perceraian merupakan sebuah pengalaman yang stres dan sulit untuk disembuhkan.
Namun ada juga yang dapat pulih dari kondisi perceraian orang tua.
Perlu diketahui, setiap anak memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda.
Kawan Puan tidak bisa menyamakan kondisi anak satu sama lain.
Untuk itu, ada baiknya jika orang tua memberikan penjelasan terkait perceraian kepada anak.
Tak perlu secara detail, berikan penjelasan yang mudah dimengerti anak.
Hindari untuk menyalahkan salah satu pihak karena hanya akan membuat anak memihak dan membenci orang tuanya.
Meski telah berpisah, orang tua juga harus memberikan pendampingan pada anak.
Ini dilakukan untuk menjaga kondisi psikologis anak dan membuat mereka merasa tetap dicintai orang tuanya meski telah berpisah.
Baca Juga: Pasca Cerai, Begini Cara Agar Anak Tidak Memihak Satu Orang Tuanya
(*)