Para responden surveinya menggambarkan seakan-akan ada perasaan malas, lemah, dan egois ketika suatu keinginan diikuti.
Lalu, bolehkah melakukan guilty pleasure?
Setiap orang memiliki batasan dan prinsip masing-masing, sehingga kamu dapat membedakan mana yang terbaik untukmu atau tidak.
Jika kamu terus-menerus berfokus pada rasa bersalah, maka kamu akan sering menyesal melakukan suatu kesenangan.
Namun, ketika kamu menemukan kegembiraan pada aktivitas yang kamu jalani, cobalah melihat keuntungan tersebut.
Misalnya, kamu menonton film sepanjang hari tanpa melakukan aktivitas lain, tetapi aktivitas tersebut membuatmu senang.
Ketika kamu senang, suasana hatimu meningkat dan merasa lebih baik karena beristirahat sejenak dari aktivitas lain yang menjenuhkan.
Jadi, ada kalanya guilty pleasure bisa bermanfaat untuk meredakan stres dan meningkatkan kesejahteraan mentalmu ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Berpengaruh bagi Kesehatan Mental, Ini Dampak Buruk dari Overthinking
(*)