Pasalnya, isu inklusi ekonomi perempuan ini menjadi salah satu isu prioritas yang diusung oleh kelompok kerja W20 dalam Presidensi G20 Indonesia.
Sebagai informasi, W20 memiliki empat isu prioritas di Presidensi G20 Indonesia.
Yaitu, kesetaraan gender, inklusi ekonomi yang mendukung UMKM perempuan, peningkatan ketahanan perempuan marjina hingga akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender.
Sementara itu, W20 juga akan dihelat di Hotel Niagara, Parapat, Kabupaten Simalungun, tanggal 19 – 21 Juli 2022.
Menurut Uli, empat prioritas yang menjadi fokus agenda W20 tersebut ditujukan untuk meningkatkan status perempuan secara global.
"Sehingga ke depannya, terwujud pembangunan yang inklusif bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali, dimana kebutuhan, akses perlindungan sosial, serta partisipasi perempuan dalam kemajuan perekonomian dapat terakomodasi dengan baik, tanpa ada hambatan apapun," ujar Uli.
Selain diskusi dengan berbagai narasumber, pada forum pertemuan tersebut juga terdapat pameran pop-up Tobatenun.
Menariknya, sebagian hasil penjualan dari pameran tersebut akan disumbangkan untuk rumah komunitas tenun, Jabu Bonang.
Baca Juga: Ini 5 Rekomendasi Baju Lebaran dengan Sentuhan Wastra Indonesia
Sedangkan dari sesi pagelaran busana, hasil penjualan koleksi tenun yang ditampilkan akan didonasikan sepenuhnya bagi pengembangan komunitas tenun, melalui Jabu Bonang.
Sebagai informasi, rumah komunitas tenun Jabu Bonang didirikan oleh Tobatenun sebagai bentuk solusi dan upaya berkelanjutan dalam pengembangan kompetensi dan kapasitas para penenun.
Hal ini bukan hanya untuk mengembangkan keterampilan berwawasan, tapi juga mendorong ruang kewirausahaan agar para perempuan penenun mampu mandiri sebagai pelaku ekonomi tenun itu sendiri.
Ada banyak kegiatan pengembangan yang dilakukan di Jabu Bonang, misalnya para penenun berkesempatan memiliki akses akan 321 koleksi warna benang yang berasal dari material alam sekaligus meningkatkan teknik dan kreativitas menenun.
Teknik dan motif dari tenun Batak yang hampir punah belum tentu dikuasai penenun muda, namun menjadi salah satu materi pelatihan yang diberikan di Jabu Bonang.
Pelatihan tersebut diharapkan dapat mengembalikan kembali penciptaan ulos-ulos kuno yang kini sudah sangat minim keberadaannya, sehingga dapat dikenal oleh generasi penenun sekarang dan mendatang.
Program pemberdayaan ini pun dirancang Tobatenun dengan konsep ekosistem berkelanjutan.
"Yang niscaya menaikkan nilai kain tenun itu sendiri dengan material alam yang tidak merusak lingkungan, memberikan kenyaman perdagangan bagi semua pihak khususnya para penenun perempuan, dengan tujuan kesejahteraan bagi masyarakat komunitas penenun di Sumatera Utara,” tutup Melvi.
(*)
Baca Juga: Regenerasi Perajin Ulos Menurun, Pameran Tenun Batak Diadakan