Parapuan.co - Ekonomi berkelanjutan menjadi salah satu agenda penting dalam Presidensi G20 yang berlangsung di Indonesia.
Untuk mewujudkannya, negara-negara peserta G20 sepakat mengembangkan Blue Economy, Green Economy, dan Circular Economy.
Lewat siaran pers yang diterima PARAPUAN, Blue, Green, dan Circular Economy dianggap memiliki potensi dan keuntungan besar untuk pembangunan ekonomi global berkelanjutan.
Blue economy atau ekonomi biru merujuk pada optimalisasi sumber daya air untuk meningkatkan perekonomian.
Lalu untuk green economy atau ekonomi hijau, merujuk pada rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.
Sedangkan ekonomi sirkular atau circular economy yaitu di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya bisa dipakai selama mungkin.
Implementasinya dapat menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru, mengurangi sampah dari berbagai sektor, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Isu-isu lingkungan seperti polusi karbon, degradasi laut dan tanah, hingga sampah plastik mendorong urgensi penerapan pendekatan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Hal itu disampaikannya dalam sambutan secara virtual pada Side Event Pertemuan Sherpa ke-2 Presidensi G20 Indonesia, yang dilaksanakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (13/07/2022).
Baca Juga: Misi Kemenkeu Wujudkan Keuangan Berkelanjutan dalam Agenda G20
Seperti judulnya, acara seminar tersebut mengulas secara detail mengenai tiga pendekatan ekonomi berkelanjutan, yaitu ekonomi biru, hijau, dan sirkular.
"Pendekatan ini menggabungkan potensi pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan dan inklusi manusia untuk menuai manfaat dalam konsep yang lebih holistik," ungkap Andreas Schaal.
Andreasa Schaal merupakan Direktur Global Relations OECD dan Sherpa OECD untuk G7, G20, dan APEC, sekaligus salah satu dari empat panelis yang hadir pada acara tersebut.
Meski begitu, masih banyak tantangan yang harus diselesaikan untuk mengimplementasikan pendekatan ekonomi ini secara matang.
Pasalnya, masih ada tantangan yang harus dihadapi pemilik kepentingan untuk mewujudkan hal tersebut.
"Ada tiga tantangan, yaitu masih perlunya perubahan sikap dan cara pandang menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan," ungkap Direktur Eksekutif CSIS dan Co-Chair T20 Indonesia Yose Rizal Damuri.
Yose Rizal Damuri juga menambahkan, tantangan lainnya berkaitan dengan kurangnya dukungan finansial dan belum adanya insentif yang baik untuk penerapan konsep-konsep ekonomi ini.
Konsep ekonomi biru, hijau, dan sirkular sendiri sebenarnya bukanlah konsep baru.
Tetapi, dunia baru tersadar akhir-akhir ini akan pentingnya melakukan transformasi dalam pendekatan ekonomi global sehingga menjadi berkelanjutan.
Baca Juga: Buka Peluang Investasi UMKM dan Startup, G20 Business Summit Segera Diselenggarakan
Sebagai informasi, Indonesia sendiri sudah mulai menerapkan ketiga pendekatan ekonomi tersebut.
Deputi Menteri Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan, konsep ekonomi biru, hijau, dan sirkular telah diterapkan dalam Visi Indonesia 2045 di prioritas nomor 1 dan 6.
Ekonomi biru selanjutnya juga telah dibawa dalam pembahasan di Development Working Group dan agenda di ASEAN.
Sementara itu, Deputi Bidang Kebijakan Riset dan Inovasi BRIN Boediastoeti Ontowirjo menambahkan bahwa BRIN telah berkolaborasi dengan sektor swasta untuk mengembangkan model ekonomi hijau dan sirkular.
Salah satu contohnya, yaitu dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit menjadi biogas sumber listrik yang diterapkan di Riau.
Sebagai penutup, ada tiga pesan yang dapat disimpulkan dari kegiatan seminar berjudul "Blue, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-Pandemic Development" ini.
Pertama, pergeseran ke arah ekonomi biru, hijau, dan sirkular harus ditempuh karena adanya peluang dan manfaat yang bisa dipetik.
Kedua, Indonesia telah berkontribusi dalam merealisasikan wacana global bertransisi ke model ekonomi berkelanjutan melalui berbagai program dan aksi nyata di forum G20.
Ketiga, forum G20 dapat memfasilitasi dialog, saling berbagi pengetahuan, teknologi, dan juga best practices dalam ekonomi berkelanjutan.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk turut mewujudkan agenda ekonomi berkelanjutan dalam G20 tahun 2022 ini?
Salah satu hal yang paling sederhana adalah dengan mengurangi penggunaan plastik dan mendaur ulang barang yang bisa memiliki nilai jual.
Baca Juga: Ditunjuk Jadi Jubir Presidensi G20 Indonesia, Inilah Perjalanan Karier Maudy Ayunda
(*)