Tak sampai di situ, pada tahun 30-an, pemakaian lipstik juga ditentang oleh agamawan dan anggota parlemen di AS, karena dianggap pemuja setan dan perempuan jahat.
Bahkan, di tahun 70-an sendiri, gerakan feminisme justru menghimbau perempuan untuk tidak menggunakan lipstik merah.
Pasalnya di era tersebut, kosmetik dan lipstik dinilai oleh mereka sebagai alat penindasan patriarki.
Simbol Perlawanan dan Kekuatan
Sejak pertama kali digunakan oleh perempuan kuno ribuan tahun lalu, pewarna bibir merah tidak pernah ditujukan hanya untuk mempercantik penampilan saja.
Misal saja seperti pemerah bibir yang dikenakan oleh Cleopatra, yang justru diperuntukkan guna menegaskan status dan kekuasaannya, sekaligus simbol kekuatan serta kemakmuran di era tersebut.
Selama beberapa dekade sejak tahun 1847, perempuan di Amerika Serikat (AS) menjadikan lipstik merah sebagai senjata mereka untuk menuntut diberikan hak pilih yang sama dengan laki-laki.
Para perempuan yang berunjuk rasa di AS akan menggunakan pewarna bibir merah guna menarik perhatian orang yang lalu lalang di sekitar mereka.
“Ini dilihat sebagai tanda perempuan yang mandiri dan emansipasi, yang pada saat itu dianggap cukup memalukan," ujar Gabriela Hernandez, sejarawan kosmetik dan pendiri Bésame Cosmetics, seperti melansir dari Teen Vogue.
Baca Juga: Percaya Diri dengan Lipstik Merah, Ini Cara Recreate Makeup Look ala Taylor Swift