Menurut pengamatan Nancy, bukan hanya alasan ekonomi yang membuat para generasi muda enggan menjadi perajin batik. Status sosial di masyarakat membuat para muda-mudi ini rela meninggalkan warisan leluhur mereka. “Latar belakangnya itu, ada kecenderungan gengsi untuk menjadi sebuah pekerja di sebuah perusahaan besar, misalnya yang berbentuk PT. Itu ada kecenderungan menjadi sebuah kebanggaan untuk mereka bekerja di sebuah perusahaan besar.
Di Tengah Ancaman Serius
Penting untuk diingat bahwa pelestarian batik bukan hanya perlu dilakukan di masyarakat agar lebih senang menggunakan batik. Tapi tak kalah esensial untuk mendorong generasi muda bukan hanya sebagai pengguna, tapi juga untuk menjadi pihak yang menciptakan dan mengkreasikan batik agar lebih lestari. Pasalnya, apabila regenerasi perajin batik kian mengalami kemunduran, akan berdampak pada keberlangsungan pelestarian batik itu sendiri.
“Keresahan kalau tidak ada lagi generasi penerus, yah pastinya siap-siap aja predikat World Heritage itu bisa diambil dari Indonesia. Karena kan salah satu persyaratan itu harus ada yang meregenerasi,” cemas Putri. Ia khawatir, para perajin batik akan semakin habis karena saat ini komunitas perajin didominasi oleh generasi tua. “Jarang banget perajin yang masih muda-muda,” tambahnya.
Jika tak terjadi regenerasi perajin batik juga meningkatkan kemungkinan produsen besar untuk mengambil alih produksi. “Kalau demand-nya masih tinggi dan regenerasi tidak terjadi, ini akan beralih ke pabrik. Enggak mungkin pengusaha mendiamkan demand besar ini tidak ditanggapi. Baik pabrik Indonesia atau pabrik dari luar negeri. Pasar akan menentukan akhirnya,” ujar Nancy.
Namun ancaman lebih serius yang juga bisa terjadi ketika tak ada permintaan dan dibarengi dengan regenerasi perajin batik yang menurun, maka batik bukan hanya akan dicabut statusnya sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO, tapi juga bisa berakhir menjadi fosil atau bahkan punah. Atau bahkan batik hanya bisa kita lihat di museum-museum saja.
Lantas, sudah siapkah kita dengan kemungkinan punah atau hilangnya batik jika regenerasi perajin tak bisa dilakukan?
Memupuk Semangat Regenerasi
Menumbuhkan semangat kepada generasi muda untuk jadi penerus perajin batik tentunya tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak pihak dan waktu yang cukup panjang untuk bisa meyakinkan mereka pentingnya melestarikan batik, bukan hanya di hilir, tapi juga di hulu, yaitu para perajinnya itu sendiri.
Baca Juga: Hari Batik Nasional, Kenali 6 Motif Batik dari Berbagai Daerah