131 Anak Indonesia Alami Gangguan Ginjal Akut Misterius, Kenali Gejalanya

Ericha Fernanda - Kamis, 13 Oktober 2022
Gangguan ginjal akut.
Gangguan ginjal akut. Mohammed Haneefa Nizamudeen

Parapuan.co Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan gangguan ginjal akut yang diderita 131 anak di Indonesia per 10 Oktober 2022.

Sejauh ini, ada 14 provinsi yang memiliki kasus gangguan ginjal akut yaitu Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Banten, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Bali, Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kemudian, Sulawesi Selatan (Sulsel), Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), Jambi, Kepulauan Riau (Kepri), Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Secara umum, penderita didominasi oleh bayi di bawah usia lima tahun (balita) hingga anak-anak berusia 8 tahun.

Gejala Gangguan Ginjal Akut

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menyebut, ada sejumlah gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut ini.

"Jadi, kalau melihat, kurang lebih seragam ya, gejalanya. Mereka ini diawali dengan gejala infeksi seperti batuk, pilek, atau diare, dan muntah," ujar Eka, mengutip Kompas.com.

Menurut Eka, gejala gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) tidak seberat seperti gejala pada umumnya.

Umumnya, gangguan ginjal akut adalah efek lanjutan dari kekurangan cairan dalam waktu singkat pada anak-anak.

Baca Juga: Dengarkan Tubuhmu, Ini 5 Tanda yang Muncul Jika Ginjal Bermasalah

Penyebabnya berupa diare yang disertai dehidrasi, kekurangan cairan hebat akibat penyakit (misal, demam berdarah), atau perdarahan hebat.

"Bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan AKI secara teoritis kami pelajari di kedokteran. Jadi itulah yang membuat kami heran," tutur Eka.

Namun, gejala penderita gangguan ginjal akut adalah batuk, pilek, diare, muntah, demam, dan tidak bisa buang air kecil (BAK).

"Jadi tidak bisa buang air kecil (BAK), betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Anak-anak ini hampir semuanya datang (ke rumah sakit) dengan keluhan tidak buang air kecil atau buang air kecilnya sangat sedikit," jelasnya.

Penyebab Belum Diketahui

Sampai saat ini, lanjut Eka, penyebab gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak belum diketahui secara pasati.

Awalnya, IDAI menduga kasus ini berkaitan dengan Covid-19 dan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children).

Namun, berdasarkan analisis kasusnya adalah beberapa penderita gangguan ginjal akut dinyatakan negatif Covid-19.

IDAI sudah mencari berbagai panel infeksi virus di dalam tubuh anak-anak dengan beragam metode pemeriksaan.

Baca Juga: Sering Diabaikan, Ini 6 Kebiasaan Sehari-Hari yang Bisa Merusak Ginjal

Salah satu metode yang dilakukan adalah swab tenggorokan untuk memeriksa infeksi virus pada saluran pernapasan.

Selain itu, dilakukan swab rektal dari anus untuk mencari infeksi oriental penyebab diare atau infeksi pencernaan.

Hasilnya pun nihil, pihaknya tidak menemukan jenis virus yang seragam yang menyebabkan infeksi.

"Kami masih mencari. Tapi yang jelas anak-anak ini tidak hanya mengalami gangguan pada ginjal. Saat kami melakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamati gejala klinisnya, mereka mengalami apa yang kami sebut dengan peradangan di banyak organ," papar Eka.

Lebih lanjut, Eka berpesan kepada para orang tua agar selalu waspada jika anak-anak kesulitan buang air kecil.

"Kalau ada penurunan jumlah volume buang air kecil pada anak-anak, maka itu harus segera diperiksakan ke rumah sakit," katanya.

Ia melanjutkan, "Semua anak-anak ini (penderita gangguan ginjal akut) 100 persen mengalami penurunan jumlah buang air kecil atau sama sekali tidak ada buang air kecil."

Jadi, penting untuk mengenali gejala gangguan ginjal akut pada anak agar segera mendapatkan penanganan medis ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Belajar dari Rima Melati, Begini Rahasia Menjaga Kesehatan Ginjal

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja