Untuk menjamin pemerataan sarana dan prasarana kesehatan, negara anggota G20 berupaya menjamin pemerataan distribusi vaksin hingga alat kesehatan untuk mengantisipasi situasi pandemi di masa depan.
Pembahasan “exit plan” untuk menghadapi risiko pandemi di masa depan tersebut penting untuk dilakukan. Khususnya, bagi perempuan dan anak-anak. Pasalnya, pandemi Covid-19 memberi dampak kesehatan yang cukup serius bagi perempuan dan anak-anak.
Pada beberapa forum awalan sebelum KTT G20 di Bali, dibahas pula kesenjangan akses perempuan dan anak-anak selama masa pandemi Covid-19. Salah satunya disinggung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pada Desember 2021.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 membuat perempuan memiliki beban ganda, yakni harus meninggalkan pekerjaan, mengurus rumah tangga, serta dibebani dengan tanggung jawab pengasuhan tambahan.
Tak hanya itu, kesenjangan akses untuk memperoleh layanan kesehatan juga ikut dirasakan perempuan. Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyebut, perempuan juga seringkali tidak memiliki akses maupun kontrol atas makanan bergizi juga air bersih.
“Saat sakit, perempuan seringkali harus mendapatkan izin suami untuk mengakses layanan kesehatan,” tutur Bintang seperti dikutip dari situs Kemen PPPA, Jumat (10/12/2021).
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Indonesia di Netflix untuk Rayakan Hari Sumpah Pemuda
Laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mencatat bahwa jumlah kematian ibu dan bayi meningkat selama pandemi Covid-19. Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga per 14 September 2021, tercatat sebanyak 1086 ibu meninggal dengan hasil pemeriksaan swab PCR/antigen positif.
Sementara dari data Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), jumlah bayi meninggal yang dengan hasil swab/PCR positif tercatat sebanyak 302 orang. Di sisi lain, Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Giwo Rubianto Wiyaga menyebut, pandemi Covid-19 membuat vaksinasi anak tertunda dan penyuluhan kecukupan gizi menurun.