Para perempuan Melayu di Johor, Malaysia, pun pada akhirnya mengenakan kebaya akibat didorong oleh suami mereka karena dianggap lebih pantas, sehingga akhirnya dikenal dengan kebaya peranakan.
Sedangkan menurut kamus sejarah Hobson-Jobson bertajuk A Glossary of Colloquial Anglo-Indian Words and Phrases, and of Kindred Terms, Etymological, Historical, Geographical and Discursive, kebaya atau yang ditulisnya sebagai 'cabaya' berasal dari Asia.
Cabaya, menurut kamus sejarah tersebut, mengacu pada surcoat atau tunik panjang yang dikenakan oleh masyarakat kelas atas.
Perdagangan dengan Cina, India dan Timur Tengah sejak pertengahan milenium pertama, menjadi salah satu penyebab pengenalan gaya pakaian kebaya kepada daerah-daerah lain di Asia Tenggara.
Sehingga kebaya pun juga banyak dikenakan oleh daerah-daerah lain seperti Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, hingga Thailand.
Bersamaan dengan itu, munculnya kebaya sebagai pakaian tradisional di Asia Tenggara juga berawal dari perpaduan gaya dari para pedagang Dinasti Ming Cina, pedagang Arab, dan pendatang Portugis.
Baca Juga: Kebaya Goes to UNESCO, Ini Jenis-Jenisnya dari Berbagai Daerah di Indonesia
Dengan demikian, ada berbagai gaya kebaya di seluruh Asia Tenggara yang masing-masing dinamai menurut nama pemakainya yang terkenal, tempat asalnya atau modifikasinya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa kebaya adalah salah satu ikon mode Asia Tenggara, yang harus dijaga bersama-sama.
(*)