Lebih lanjut penelitian tersebut menemukan bahwa hampir 96% remaja dan dewasa muda mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88% di antaranya mengalami gejala depresi.
Ketua dan Founder AKAR, dr. Fransisca Handy, ikut menjelaskan ketika seseorang merasakan emosi yang sangat kuat dapat diikuti dengan keluhan fisik.
Kesehatan jiwa dipengaruhi faktor-faktor seperti tingginya tingkat stres di pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, dan sebagainya serta kemampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan.
Informasi terkait regulasi emosi dan cara pengelolaan stres yang sehat belum banyak diketahui masyarakat, khususnya anak muda.
Banyak anak muda berkeluh kesah di sosial media atau bercerita pada orang yang salah atau melakukan hal-hal yang terkesan membantu sesaat seperti merokok dan perilaku adiktif lainnya sebagai cara mengelola stres.
Salah satu kekhawatiran yang disampaikan dr. Fransisca adalah jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan memengaruhi kualitas hidup mereka ke depannya.
“Di sinilah kami aktif mengkampanyekan pentingnya menjaga memiliki kemampuan regulasi emosi yang sehat, mengelola stress, mengenal dan menghargai diri sendiri sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jiwa anak muda dan kepada masyarakat pada umum.
"Kita semua bertanggung jawab untuk membentuk ekosistem yang kondusif bagi kesejahteraan anak muda. Kami bersemangat menyambut kolaborasi dengan Traveloka untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa khususnya dikalangan Gen-Z dan Millenials, ” tambah dr. Fransisca.
Shirley menambahkan, bersamaan dengan kolaborasi bersama AKAR dan diiringi dengan semangat merayakan hidup ‘Life, Your Way’, Traveloka mengajak masyarakat, terutama generasi milenial dan generasi Z, untuk tidak lupa menyempatkan diri berhenti sejenak dan beristirahat di tengah-tengah padatnya aktivitas hidup mereka.
Baca Juga: Mengenal Mata Juling, Ganggu Penglihatan Strabismus dan Risiko Gangguan Mental