Parapuan.co - Depresi bisa terjadi kapan saja, termasuk saat perubahan musim, kondisi ini dinamkan dengan seasonal affective disorder.
Dilansir dari Mayo Clinic, seasonal affective disorder atau gangguan afektif musiman umumya berlangsung selama musim gugur dan dingin, lalu hilang pada musim semi maupun panas.
Meski begitu, tak menutup kemungkin bahwa seasonal affective disorder ini terjadi di musim apa saja.
Adapun berbagai gejala yang harus dikenali oleh orang dengan ganggua afektif musiman yakni:
- Merasa lesu atau sedih hampir sepanjang hari dan bahkan setiap hari.
- Kehilangan minat pada aktivitas yang pernah dinikmati.
- Memiliki energi rendah.
- Masalah dengan tidur.
- Makan berlebihan sehingga mengalami penambahan berat badan.
Baca Juga: Jelang 2023, Ini Tips Membuat Resolusi Tahun Baru yang Baik untuk Kesehatan Mental
- Merasa putus asa, tidak berharga atau bersalah.
- Punya pikiran tidak ingin hidup.
- Kesulitan berkonsentrasi.
Perlu diketahui, gejala gangguan afektif musiman yang terjadi di musim gugur dan dingin itu berbeda dari musim panas atau musim semi, ini penjelasannya:
Gejala di Musim gugur dan Musim Dingin
Gejala khusus seasonal affective di musim dingin seperti:
- Tidur berlebihan
- Perubahan nafsu makan, terutama keinginan untuk makanan tinggi karbohidrat
Baca Juga: Psikolog Sebut Emotional Healing Bisa Dilakukan dengan Cara Termudah
- Penambahan berat badan
- Kelelahan atau energi rendah.
Gejala di Musim Semi dan Musim Panas
Gejala khusus untuk gangguan afektif musiman yang dimulai pada musim panas, terkadang disebut depresi musim panas, dapat meliputi:
- Sulit tidur (insomnia)
- Nafsu makan yang buruk
- Penurunan berat badan
- Agitasi atau kecemasan
- Peningkatan lekas marah.
Kawan Puan, perlu kamu pahami jika kamu merasa sedih itu sebenarnya normal, akan tetapi jika terjadi selama berhari-hari harus diwaspadai, bisa saja mentalmu terganggu.
Sebaiknya, segera konsultasi ke profesional kesehatan mental agar tidak terjadi perburukan ya.
Baca Juga: Pernah Dirawat di RSJ, Ini Perjalanan Berliku Yovania Asyifa Jami dalam Menerima Diri
(*)