Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa berdasarkan data, perfeksionisme ternyata sangat berpengaruh pada kesehatan mental, terutama yang terkait dengan kehidupan sosial.
Seorang perfeksionis percaya bahwa mereka harus menunjukkan kesempurnaan untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan sekitarnya.
Kecemasan, depresi, dan keinginan bunuh diri adalah masalah kesehatan mental yang sering dialami seorang perfeksionis.
Studi menemukan bahwa lebih dari separuh orang yang meninggal karena bunuh diri digambarkan sebagai perfeksionis oleh orang yang mereka cintai.
Kemudian, lebih dari 70 persen anak muda yang meninggal karena bunuh diri memiliki kebiasaan menciptakan ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap diri mereka sendiri.
Penelitian Curran dan Hill tersebut juga menyatakan bahwa perfeksionisme yang berorientasi pada diri sendiri terjadi ketika individu menuntut dirinya untuk menjadi sempurna.
Seorang perfeksionis juga sering memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri mereka sendiri dan akan menghukum dirinya saat evaluasi.
Kondisi tersebut sering terkait dengan masalah mental depresi klinis, gangguan makan, dan kematian dini di kalangan mahasiswa dan kaum muda.
Perfeksionisme yang mengritik diri sendiri juga dapat meningkatkan risiko gangguan bipolar.
Baca Juga: Bisa Menyebabkan Depresi, Ini Dampak Buruk Self-Talk Negatif