Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Maka dari itu, rekrutmen dan kaderisasi menjadi proses penting dan mutlak bagi parpol.
Pelaksanaan proses tersebut mampu menyeleksi calon pengurus partai (yang kelak bisa juga menjadi calon anggota legislatif) yang berkualitas.
Perekrutan pun berarti memperluas kesempatan partisipasi politik dari beragam latar belakang sosial-ekonomi-budaya untuk menjadi representasi masyarakat yang beragam dan pluralis.
Saat parpol telah berhasil menghadirkan keberagaman yang tercermin dari latar belakang dan pengalaman sosial kader-kadernya, kedekatan antara pemilih dan parpol akan terbentuk sebab pemilih mampu mengidentifikasi kepentingan dirinya lewat parpol dan kadernya.
Secara positif ini akan memunculkan partisipasi aktif publik secara sukarela dengan menjadi partisan yang ikut terlibat demi memenangkan parpol pada saat pemilu (Verba, et all, 1995).
Parpol yang hanya mengandalkan popularitas atau menyeleksi kader berdasarkan kedekatan dengan elit tertentu, selamanya tidak akan bisa bertahan.
Elektabilitas politik yang dibangun berdasarkan popularitas akan menghilang dalam sekejap andaikan figur populer yang diandalkan tiba-tiba terserang skandal, atau kalah populer dengan figur lain yang lebih sensasional.
Baca Juga: 5 Jenjang Karier Profesi Politisi dalam Partai Politik serta Tugasnya
Menolak Proporsional Tertutup Tanpa Mempertimbangkan Kepentingan Perempuan
Fatal bagi perempuan, sebab dalam hingar-bingar narasi politik yang melulu berkisar pada cara meraih kekuasaan, kepentingan dan isu perempuan tidak pernah menjadi fokus dan bagian dalam wacana utama.