Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Ricuh antara penggunaan sistem proporsional terbuka dan tertutup tidak mengusung wacana yang mengedepankan kepentingan perempuan, baik itu sebagai politisi ataupun konstituen yang memilih.
Delapan pemimpin parpol yang menolak penerapan proporsional tertutup semuanya adalah laki-laki yang tengah mengincar kursi calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu 2024.
Perdebatan adalah tentang memenangkan kepentingan mereka (laki-laki), dan bukan soal ancaman terhadap representasi kalangan minoritas seperti perempuan.
Padahal sejumlah isu dan persoalan perempuan justru merupakan wacana politik utama: kesejahteraan sosial, kesetaraan, pendidikan, kesehatan, kemandirian ekonomi dan finansial, kekerasan dan kriminalisasi, hingga kebebasan berekspresi dan berpendapat.
Isu tentang perempuan dapat mengalami hambatan politik apabila penerapan sistem proporsional terbuka dihapuskan.
Kenapa? Sebab itu berpotensi untuk semakin mengurangi representasi perempuan yang bisa memperjuangkan kepentingan-kepentingan khas perempuan.
Sayang sekali para pemimpin politik laki-laki yang menolak proporsional tertutup tersebut sama sekali tidak mempedulikan kepentingan-kepentingan minoritas ketika membangun narasi penolakan. Isn’t it a shame?
Baca Juga: Sambut Pemilu 2024 dengan Melawan Sistem Proporsional Tertutup
Rekrutmen Politik Berkualitas Demi Memperjuangkan Kepentingan Perempuan
Kewajiban parpol untuk merekrut dan kaderisasi anggota partai perempuan haruslah menjadi salah satu agenda partai terpenting.