Parapuan.co - Di tahun-tahun awal kehidupan, adalah hal yang wajar jika anak balita menangis saat berpisah dari orang tuanya.
Entah saat ditinggal orang tua bekerja, bahkan sekadar pergi ke kamar mandi saja terkadang membuat balita berlinang air mata.
Perilaku menangis saat berpisah dari orang tua tersebut dikenal dengan istilah separation anxiety atau kecemasan akan perpisahan.
Apa itu separation anxiety? Yuk, simak penjelasan lengkapnya sebagaimana dikutip dari KidsHealth.org!
Mengenal Istilah Separation Anxiety
Separation anxiety atau kecemasan akan perpisahan adalah ketakutan yang intens akan berpisah dari orang yang dicintai.
Dalam hal separation anxiety yang dialami anak balita, kecemasan atau ketakutan ini dirasakan jika mereka berpisah dari ibu atau pengasuhnya.
Umumnya, kecemasan akan perpisahan ini merupakan emosi yang sangat normal terjadi pada bayi dan balita.
Mereka akan menangis jika ditinggal atau berpisah dari orang tua dan/atau pengasuhnya.
Baca Juga: 4 Tips Memilih Pengasuh Bayi yang Perlu Diperhatikan Ibu Bekerja
Maka itu, terkadang ada bayi yang langsung bangun dan menangis saat sedang tidur setelah ibu berpindah dari sisinya.
Separation anxiety biasanya dialami bayi di satu tahun pertamanya, dan bisa saja berlangsung lebih lama.
Namun, kecemasan seperti ini biasanya dirasakan saat bayi berusia antara 4-7 bulan di mana mereka paham tentang objek permanen.
Mereka sadar bahwa ada orang atau hal yang tetap ada bahkan saat sedang tidak bisa dilihatnya.
Bayi belajar kalau ayah atau ibunya pergi jika ia tidak bisa melihat mereka. Sayangnya, mereka belum paham konsep waktu, sehingga kesal jika ayah/ibu tidak kunjung hadir di hadapannya.
Saat merasakan kecemasan akan perpisahan ini, bayi mungkin menangis sampai orang tuanya berada di dekatnya lagi.
Begitu bayi menginjak umur 8 bulan sampai 1 tahun, tak jarang kecemasan itu berkembang hingga mereka kesal dan gelisah ketika orang tua akan pergi.
Waktu terjadinya separation anxiety sebenarnya tidak pasti dan berbeda-beda pada bayi, tetapi umumnya dialami sampai anak berusia 2,5 tahun.
Bahkan dalam kasus khusus, ada anak balita yang sama sekali tidak mengalami separation anxiety.
Baca Juga: Bolehkah Membiarkan Bayi Menangis sampai Tertidur? Ini Jawaban Dokter Anak
Kecemasan akan perpisahan pada anak bisa meresahkan jika terjadi terus-terusan, dan ini akan membutuhkan penanganan khusus dari ahli, dokter anak, atau psikolog anak.
Pasalnya jika berlanjut, gangguan kecemasan bisa membuat anak tidak hanya menangis, tapi juga tantrum saat akan ditinggal pergi orang tuanya.
Walau umumnya dialami bayi, tak jarang orang tua terutama ibu juga mengalami separation anxiety loh, Kawan Puan.
Seperti bayi yang merasa terikat dengan ibunya, ibu juga merasakan keterikatan yang sama dengan buah hatinya.
Saat harus menitipkan anak ke pengasuh, misalnya, ibu bisa saja sedih, gelisah, bahkan menangis melihat buah hati tidak berada di dekapannya.
Entah bayi atau orang tua yang merasakan kecemasan akan perpisahan ini, normalnya separation anxiety hanya bersifat sementara.
Gangguan ini bisa berkurang dan hilang sama sekali apabila anak dan/atau ibu sudah terbiasa "berpisah".
Seandainya gangguan tersebut berlanjut dan tidak hilang, mungkin bisa mengarah pada kondisi kesehatan mental yang serius.
Kalau kamu mengalaminya, segera periksakan diri ke psikolog untuk mendapat bantuan profesional ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Kolik pada Bayi dan Bedanya dengan Tantrum
(*)