Bisa Jadi Silent Killer, Dokter Ungkap 2 Kelompok Penyebab Hipertensi

Maharani Kusuma Daruwati - Kamis, 2 Maret 2023
Penyebab utama hipertensi.
Penyebab utama hipertensi. Everyday better to do everything

"Sebagian besar pengobatan hipertensi diberikan dalam jangka panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup, karena terapi hipertensi ini bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah sesuai target agar dapat memperpanjang harapan hidup serta mengurangi risiko komplikasi,” jelasnya.

Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular (PTM) lainnya.

Kemenkes membuat kebijakan yaitu; mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu PTM, meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas; peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik; serta peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif- preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

“Upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok.

"Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung,” jelasnya.

“Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup," ungkapnya.

Untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi, sangat sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter. Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.

Pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus terus menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan, maka harus diberikan obat.

"Sarana dan prasarana untuk diagnosis dan mengobati hipertensi, termasuk mendeteksi kemungkinan terjadi kerusakan organ target atau komplikasi pada dasarnya sudah tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Melalui Puskesmas dan Posbindu PTM, masyarakat cukup mendapat kemudahan akses untuk mendeteksi atau monitoring tekanan darah nya. Jika mampu membeli tensimeter sendiri untuk memonitor tekanan darah keluarga secara rutin akan lebih baik. Namun yang paling penting adalah meningkatkan perilaku hidup sehat. Akhir kata, cegah dan kendalikan hipertensi untuk hidup sehat lebih lama,” ia menekankan.

Baca Juga: HUAWEI Watch D Resmi Diluncurkan, Ini Berbagai Keunggulannya untuk Pantau Kesehatan

Tentang pentingnya promotif dan preventif hipertensi, Dr. dr. Antonia Anna Lukito, SpJP (K), PIC Buku Pedoman InaSH mengatakan, “Pengendalian hipertensi telah menjadi salah satu program prioritas yang menjadi indikator dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024) dan termasuk dalam indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2022-2024. Hipertensi dapat dicegah melalui upaya edukasi dan deteksi dini yang dilakukan di komunitas.Hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya hipertensi, mengendalikan hipertensi dan mencegah terjadinya kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi. Upaya promotif hipertensi dapat dilakukan di sekolah, tempat kerja, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan rumah sakit.”

Ia menjelaskan, promotif hipertensi merupakan proses peningkatan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tidak terjadi hipertensi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

Promotif Kesehatan Hipertensi dapat dilakukan dengan kegitan penyuluhan (KIE = komunikasi / informasi / edukasi).

"Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan dengan program CERDIK yang telah dicanangkan oleh P2PTM KemenKes, yang meliputi: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet seimbang, Istirahat cukup serta kelola stress. Pengendalian hipertensi dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan, mulai dari masyarakat, fasilitas kesehatan tingkat pertama, tingkat lanjutan dan kembali ke masyarakat dengan kepatuhan minum obat serta perawatan di rumah/masyarakat yang disebut Continuum of Care,” imbuhnya.

“Pada beberapa daerah pelosok, akses menuju layanan kesehatan merupakan tantangan, apalagi pada kelompok rentan (lansia). Tidak optimalnya penanganan hipertensi diakibatkan juga oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan prioritas perawatan kesehatan terfokus kepada pasien anak dan penyakit dengan gejala yang sudah mengganggu.

"Hipertensi sering kali tanpa gejala, sehingga kurang memotivasi seseorang untuk mencari pengobatan, dan percaya bahwa tidak ada masalah dengan tekanan darah yang tinggi,” ia menekankan.

Keberhasilan penanganan hipertensi, membutuhkan langkah aksi bersama. Peranan komunitas dan Lembaga swadaya masyarakat sangat penting, bersama pemerintah dan organisasi lainnya terutama dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk pola hidup sehat, deteksi dini, dan pengendalian tekanan darah.

Dengan berbagai tantangan tersebut di atas, seyogyanya diperlukan kolaborasi antara pemerintah dengan organisasi profesi terkait hipertensi (PERKI dan PERDOSSI) serta organisasi keseminatan hipertensi (PERHI dan PERNEFRI) yang fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan hipertensi.

“Keberadaan organisasi semacam ini dapat menyampaikan program promotif dan preventif hipertensi kepada masyarakat, untuk mencapai layanan kesehatan pada masyarakat yang optimal di Indonesia,” tutupnya.

Baca Juga: Mitos atau Fakta Daging Kambing Bisa Picu Hipertensi? Ini Penjelasan Ahli

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Tips Switch Career buat Perempuan: 2 Langkah Memulai Jalur Karier Baru