Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Larangan bagi kedatangan perempuan Asia akan menyebabkan laki-laki Cina sulit untuk membentuk keluarga sendiri, sedangkan undang-undang melarang tegas para perempuan kulit putih turunan Eropa untuk menikah dengan laki-laki keturunan Asia.
Perang yang melibatkan para tentara Amerika Serikat dan Eropa dengan pihak Asia juga turut mengubah citra perempuan Asia yang dipandang memiliki seksualitas eksotis, erotis, perayu, whoring.
Namun, di satu sisi, memiliki kerapuhan dan sikap tunduk pada dominansi laki-laki kulit putih (Ralston, 1998; Oishi, 2022).
Citra itulah yang terlihat tetap melekat terhadap perempuan Asia, terutama dalam industri hiburan Amerika Serikat seperti Hollywood.
Perempuan Asia kerap digambarkan sebagai sosok yang memiliki kecantikan erotis, tetapi sikapnya dingin, manipulatif, dan memiliki tendensi seksual yang membahayakan.
Perempuan Asia Melawan Stigma
Pasca gerakan #MeToo di jagat virtual dan luring mengubah besar-besaran industri perfilman Hollywood dalam menggambarkan, menempatkan, dan memberikan porsi peran yang lebih besar dan penting kepada perempuan, terutama mereka yang berasal dari kalangan ras minoritas.
Salah satunya adalah dedikasi The Walt Disney Company yang turut membawahi Fox Corporation dan Marvel Cinematic Universe untuk menampilkan beragam karakter perempuan dalam film-film besutan mereka.
Misalnya serial Ms. Marvel yang menempatkan superhero Marvel pertama sebagai perempuan Muslim Asia dalam jajaran semesta pahlawan supernya.
Versi live action dari The Little Mermaid pun menjadikan perempuan Afrika-Amerika sebagai pemeran Ariel yang dalam versi asli kartunnya digambarkan berkulit putih.