Kerap Diidentikan dengan Hari Kartini, Ini Sejarah dan Asal Usul Kebaya

Citra Narada Putri - Jumat, 21 April 2023
Sejarah dan asal-usul kebaya.
Sejarah dan asal-usul kebaya. Dedy Andrianto/Getty Images

Kebaya Bali biasanya menggunakan selempang warna-warni yang kontras.

Sementara di Jawa, kebaya putih dengan renda gaya Eropa yang dipopulerkan oleh Belanda pada masa kolonial cenderung lebih disukai.

Berbeda halnya dengan Kepulauan Riau, yang mana para perempuan memanjangkan keliman kebaya hingga selutut.

Kebaya yang diadopsi oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya pun memiliki desain yang beradaptasi dengan ciri khas daerahnya masing-masing. 

Misalnya di Brunei, perempuan mengenakan kebaya yang terbuat dari kain songket yang ditenun dengan benang emas.

Sementara di Malaysia, beberapa perempuan peranakan (keturunan pedagang Cina abad ke-14 yang menikahi perempuan lokal Asia Tenggara) menyulam kebaya mereka dengan motif phoenix dan peony yang merepresentasikan warisan budaya Tiongkok.

Simbol Perlawanan dan Kebanggaan

Kebaya bukan sekadar busana tradisional yang erat dengan budaya daerah semata.

Kebaya juga menjadi simbol kebanggaan dan bentuk perlawanan terhadap penjajah di masa lampau. 

Selama Perang Dunia kedua, perempuan Jawa yang ditempatkan di kamp pengasingan Jepang menolak mengenakan apa pun selain kebaya sebagai bentuk pemberontakan dan solidaritas nasional.

Kebaya juga menjadi pakaian nasional Indonesia pada 1945 dan diadopsi oleh maskapai Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, dan Singapore Airlines sebagai seragam untuk awak kabin perempuannya.

Modern kini, kebaya pun dikenakan untuk menunjukkan kebanggaan pada budaya daerah yang tak kalah indah dengan budaya asing yang masuk ke Asia Tenggara. 

(*)

Baca Juga: Sambut Hari Kartini, Ini Rekomendasi Kebaya Murah Harga di Bawah Rp 250 Ribu



REKOMENDASI HARI INI

Hindari Menjelaskan Diri Sendiri Saat Bertengkar dengan Pasangan, Ini Alasannya