Parapuan.co - Sinopsis series Queen Charlotte: A Bridgerton Story menceritakan tentang masa muda Ratu Charlotte.
Adapun dalam sinopsis series Queen Charlotte: A Bridgerton Story bukan hanya menampilkan kisah romansa sang ratu di usia belasan, tapi juga penampilannya yang unik.
Jika Kawan Puan perhatikan pada sinopsis series Queen Charlotte: A Bridgerton Story, para perempuan kerap menggunakan wig berukuran besar.
Seperti halnya juga yang dilakukan oleh Queen Charlotte hingga masa tuanya, yang selalu identik dengan penampilan dramatis mengenakan wig berukuran besar. Ternyata ada alasan tersendiri mengapa perempuan di era Georgian kerap mengenakan wig besar.
Melansir dari Just History Post, diketahui bahwa pada awal periode Georgia (awal 1700-an) rambut besar belum menjadi tren fashion.
Pada era itu, rambut kebanyakan perempuan sering kali sebagian atau seluruhnya ditutupi dengan renda atau topi linen, dan dibiarkan tergerai di atas bahu, atau disematkan. Sementara untuk tren gaya rambut di era itu seringnya keriting, tapi tidak selalu.
Seiring berjalannya waktu, model rambut yang lebih rumit, atau bahkan menggunakan rambut palsu, menjadi lebih populer. Salah satunya karena pengaruh laki-laki Prancis yang suka mengenakan wig mulai menyebar ke Inggris dan diikuti oleh para perempuan.
Kemudian tren rambut pun menjadi lebih mengembang, dan belahan tengah menjadi lebih populer. Ternyata ada alasan juga mengapa laki-laki di era Gerogian juga mengenakan rambut palsu.
Baca Juga: Sinopsis Series Queen Charlotte: A Bridgerton Story, Ini Fakta Kostum Sang Ratu
Melansir dari Battlefields.org, Raja Louis XIV dari Prancis mengalami kerontokan rambut pada usia 17 tahun, dan ia menyewa 48 pembuat wig untuk membantu mengatasi rambutnya yang mulai menipis.
Sepupu Inggrisnya, Raja Charles II, mulai mengenakan rambut palsu beberapa tahun kemudian, ketika rambutnya mulai beruban sebelum waktunya, yang mana kedua kondisi tersebut merupakan sinyal mengidap sifilis.
Karena kondisi itulah gaya rambut palsu mulai diadopsi ke kelas masyarakat lain. Mulai dari abdi dalem kerajaan yang mengenakan wig, hingga akhirnya tren rambut ini mengalir ke kelas pedagang.
Uniknya lagi, rambut di era itu akan dibedaki menggunakan tepung atau pati, dan rambut beruban menjadi sangat populer. Mengapa wig perlu dibedaki? Hal ini dikarenakan wig putih adalah yang paling mahal, sehingga banyak orang memutuskan untuk membedaki rambut atau wig mereka sendiri agar terlihat seputih mungkin.
Namun ada warna lain juga yang tak kalah populer, yaitu cokelat dan abu-abu yang terlihat lebih alami. Termasuk juga warna merah muda, ungu dan biru yang terlihat lebih menarik.
Pada paruh kedua abad ke-18, gaya rambut yang lebih besar, mengembang dan rumit semakin populer, yang kian mendorong banyak untuk untuk menggunakan wig.
Untuk mereka yang hanya mengandalkan rambut asli, akan menatanya sedemikian rupa dengan cara dikeriting serta diberi banyak volume agar terlihat lebih terangkat dari kepala. Pada era ini jugalah alat penjepit pengeriting dikembangkan untuk membantu proses membuat rambut menjadi lebih mengembang.
Biasanya perempuan di era Georgian akan menggunakan logam dengan gagang kayu yang dipanaskan di atas api, dan kemudian rambut dililitkan di sekelilingnya menjadi ikal. Rambut diberi uluran dengan menggunakan gulungan bulu kuda, bantalan wol, dan penyangga kawat untuk menopang ketinggian.
Baca Juga: Ikonik sejak Ratusan Tahun Lalu, Ini Sejarah Brand Mewah Goyard
Termasuk juga menggunakan banyak pin besar untuk mempertahankan gaya, dan rambut akan dihiasi dengan segala macam hal, mulai dari pita, bulu, bunga, hingga lilin.
Karena gaya ini sangat sulit dan rumit, membutuhkan waktu lama untuk melakukannya, sehingga sering kali perempuan di era Georgiann akan membiarkan gaya rambut mereka selama berminggu-minggu sebelum mengubahnya.
Sehingga jangan heran pada era tersebut juga banyak perempuan yang mengalami kutu rambut dan bau. Akibatnya, rambut pun harus diberi wewangian untuk menutupi aroma tak sedap karena tidak dicuci selama berminggu-minggu.
Ironisnya, gaya rambut ini juga bisa sangat berbahaya karena ukurannya yang sangat besar, sehingga kerap terjadi kecelakaan, seperti rambut yang tidak sengaja terbakar lilin. Bahkan naasnya lagi, banyak juga perempuan era Georgian yang terluka hingga terbunuh karena wig besarnya,
Ada sebuah laporan terjadi di London tahun 1778 yang menjelaskan tentang tiga perempuan yang berlindung di bawah pohon selama badai tiba-tiba rambutnya terbakar. Hal ini dikarenakan pin di wig mereka yang menjadi konduktor petir dan membuatnya rentan terbakar.
Namun kemudian, ketika periode Georgian memasuki abad ke-19 yang memasuki era Regency, gaya rambut mulai berangsur normal. Lebih banyak perempuan yang menyukai gaya rambut klasik, dengan mengambil inspirasi model ala Yunani dan Romawi.
Sementara model rambut keriting dan ikal masih sangat populer di era itu, namun tidak dengan gaya yang rumit dan tinggi. Biasanya rambut akan dijepit ke belakang dengan beberapa bagian yang dibiarkan tergerai.
Baca Juga: Intip Gaya Rambut Terbaru Kim Kardashian, Terlihat Lebih Segar
Rambut pun didekorasi dengan aksesori yang lebih klasik dan elegan, misalnya seperti pita, mutiara, permata, emas hingga sisir perak yang populer pada saat itu.
Penampilan yang alami lebih disukai di era ini, namun banyak perempuan masih suka mewarnai rambut mereka.
Namun alih-alih menggunakan bedak, mereka mewarnainya dengan cara permanen yaitu menggunakan minyak, ter, kacang-kacangan, kunyit dan produk alami lainnya.
Itu dia sejarah gaya rambut yang unik pada era Georgian, yang juga identik dengan wig besar.
Jadi sekarang Kawan Puan mengerti yah mengapa perempuan di era seperti sinopsis series Queen Charlotte: A Bridgerton Story kerap menggunakan wig besar.
(*)