Parapuan.co - Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang rentan terkena radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari.
Belakangan, cuaca panas ekstrem melanda Indonesia sehingga bukan tak mungkin kulit akan terkena dampak negatifnya.
Berdasarkan rilis yang Parapuan terima, WHO menyatakan UV index di angka satu sampai lima masih dianggap aman.
Sementara enam hingga sepuluh dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya pada kulit.
Hal ini ditegaskan oleh Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Rumah Sakit Pondok Indah, Benny Nelson.
Dokter Benny Nelson merupakan spesialis kulit dan kelamin di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak pendidikan dokter hingga meraih gelar spesialis kulit dan kelamin.
Dokter Benny menjelaskan radiasi sinar UV dari matahari di tengah cuaca ekstrim yang dapat mengganggu kesehatan kulit.
"Ultraviolet A (UVA) menyebabkan penuaan (aging), sedangkan ultraviolet B (UVB) menyebabkan kulit terbakar. Jadi A untuk aging dan B untuk burn (terbakar)," jelas dokter Benny.
Baca Juga: 4 Gaya Rambut Ini Cocok untuk Perempuan di Usia 50 Tahun ke Atas
Sebagai informasi, penetrasi UV A ternyata lebih dalam dan membuat kulit lebih tua. Berbeda dengan UV B yang penetrasinya hanya sampai epidermis.
Meski begitu efeknya tak boleh diremehkan karena sinar UV B mungkin membuat kulit kering, gatal atau terbakar. Jika dibiarkan kanker kulit mungkin terjadi.
Berbahaya Bagi Anak
Tentunya, anak-anak yang terkena paparan sinar matahari ekstrem juga mungkin menyebabkan gangguan kulit.
Biang keringat menjadi salah satu masalah yang mungkin muncul pada anak
“Biang keringat itu disebabkan kelenjar keringat yang aktivitasnya tinggi, tapi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan gatal,” jelas dokter Benny.
Pada dasarnya, cuaca panas ekstrem ini terjadi hampir di seluruh Indonesia.
Menurut Dokter Benny, orang-orang yang tinggal di daerah sejuk dan tidak banyak pajanan sinar matahari justru berisiko lebih tinggi terkena radiasi sinar UV.
Baca Juga: 3 Tips Membersihkan Sisir yang Tepat, Demi Jaga Kesehatan Kulit Kepala
Lakukan Apa untuk Lindungi Kulit?
Menurut Dokter Benny, kita bisa berkegiatan di luar rumah pada waktu tertentu agar paparannya tidak terlalu keras.
“Secara umum, pukul 10 pagi hingga empat sore merupakan waktu dengan pajanan sinar matahari yang tinggi. Jika ingin lebih yakin lagi, sebaiknya melihat UV indexnya dulu di aplikasi UV index yang sekarang sudah banyak dan mudah kita dapatkan,” jelas dia.
Selain itu, penggunaan proteksi seperti penggunaan sunscreen dan sunblock selama di dalam ruangan harus dilakukan.
Dokter berpredikat cumlaude dari Fakultas Kedokteran Universitas ini menegaskan apabila sulit untuk tak berkegiatan di luar ruangan, sebaiknya pakai proteksi yang aman untuk kulit.
“Penggunaan topi, kacamata, pakaian, masker itu penting dan kalau bisa pakaian yang kita gunakan memiliki UV filter karena radiasi ultraviolet tidak kasat mata. Pakai juga proteksi kimia seperti sunscreen atau sunblock,” jelas dia.
Dokter Benny yang berkpirah di dunia kulit dan kelamin juga berharap Indonesia memiliki skinc center sendiri.
“Negara Indonesia ini kan dari Sabang sampai Merauke yang memiliki 6 jenis warna kulit dengan karakteristiknya masing-masing, sedangkan Korea yang selama ini jadi kiblat kecantikan hanya punya dua. Nah, itulah kenapa saya berharap Indonesia juga punya skin center dan menjadi kiblat dunia seperti Korea,” kata dokter Benny.
Selain itu, kemampuan dokter Benny tak perlu diragukan karena dirinya berhasil menerima beasiswa dari Publikasi Internasional Terindeks untuk Tugas Akhir (PITTA) dari Universitas Indonesia dan menjadi lima besar lulusan terbaik di Universitas Indonesia.
Baca Juga: 5 Tips Makeup untuk Perempuan Usia 50 Tahun ke Atas, Bikin Lebih Muda
(*)