Parapuan.co – Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dipilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Lestari 5. Festival yang diikuti oleh sembilan kabupaten di Indonesia yang tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) itu akan berlangsung mulai 22 hingga 25 Juni 2023.
Mengusung tema “Tumbuh Lebih Baik”, gelaran Festival Lestari 5 menjadi harapan bagi Kabupaten Sigi untuk bangkit lebih kuat dan lestari setelah mengalami bencana gempa, likuifaksi, dan badai Covid-19 yang menghancurkan ekonomi masyarakat.
Untuk diketahui, Kabupaten Sigi menyimpan banyak potensi, mulai dari kekayaan alam, keanekaragaman hayati, keunikan seni dan budaya, serta ekonomi. Lebih dari itu, wilayah yang secara administratif terbentuk pada 2008 ini merupakan bagian dari Cagar Biosfer Lore Lindu.
Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta menyatakan bahwa Festival Lestari 5 yang akan digelar di wilayahnya itu adalah momentum untuk “memperkaya” diri, terutama hal yang terkait pembangunan lestari.
Baca Juga: Festival Lestari 5 Jadi Upaya Pembangunan Lestari Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah
“Sekitar 74 persen wilayah Kabupaten Sigi berupa kawasan konservasi dan hutan lindung. Sisanya itulah yang akan dimanfaatkan untuk membangun dan menyejahterakan rakyat Sigi,” ujar Bupati Irwan dalam konferensi pers pembukaan Festival Lestari 5 di Bukit Indah Doda, Rabu (21/6/2023).
Sebagai informasi, acara utama festival akan berlangsung di dua lokasi, yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Taiganja dan Bukit Indah Doda. Festival nantinya akan menghadirkan serangkaian kegiatan yang mendorong semangat mewujudkan pembangunan dan ekonomi lestari di Kabupaten Sigi.
Rangkaian acara tersebut antara lain, Telusur Rasa Lestari, Telusur Wisata dan Budaya Lestari, Pentas Seni dan Budaya, Petualangan Lestari Paralayang, Community Talks dengan tema lestari, dan Town Hall Muda.
Seluruh rangkaian acara Festival Lestari 5, menurut Bupati Irwan, dapat menjadi momentum untuk mereplikasi praktik-praktik dan inovasi pembangunan berbasis alam yang sudah diterapkan di daerah lainnya di sekitar Kabupaten Sigi.
Baca Juga: Festival Lestari V, Investasi Sembari Menjaga Pelestarian Lingkungan
Selain itu, terdapat juga rangkaian Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Berbasis Alam pertama di Indonesia dan Potomu Ntodea atau Pasar Warga yang akan memamerkan produk-produk berbasis alam karya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Kabupaten Sigi.
Bupati Irwan pun berharap, “muara” dari festival ini adalah pertumbuhan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sigi yang berbasis konservasi.
“Kami meyakini bahwa ekonomi bukan hanya kerja yang ditujukan untuk mencari profit semata, tapi juga menjaga alam dan masyarakat. Ekonomi juga mempertimbangkan aspek lainnya, seperti budaya, kuliner, tradisi, seni, dan potensi lingkungan sekitar agar ekonomi, masyarakat, dan lingkungan bisa selaras dan bisa tumbuh lebih baik,” tambahnya.
Berbagai rangkaian kegiatan pada Festival Lestari 5, kata Irwan, mendorong munculnya inovasi-inovasi yang dapat memantik pergerakan ekonomi masyarakat ke arah lebih baik.
Baca Juga: Sumatera hingga Sulawesi, Ini Pengembangan Desa Wisata di 7 Provinsi
Sebuah langkah maju untuk pembangunan lestari
Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma’mun Amir menyatakan sambutan positif atas digelarnya Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi.
Ia menilai, Kabupaten Sigi dapat menjadi contoh kekompakkan antara pemerintah kabupaten (Pemkab) dan pemerintah provinsi (Pemprov) dalam menyusun visi pembangunan yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan.
Ia berharap, festival yang digelar di Kabupaten Sigi ini bisa menjadi peta jalan bagi konsep pembangunan berwawasan lingkungan di setiap daerah.
“Ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri, tetapi dengan kerja gotong royong. Saya berharap ini bisa berjalan dengan baik,” harap Wagub Ma’mun.
Baca Juga: Kunjungi Desa WIsata Cibeusi, Sandiaga Uno Ungkap Potensi dan Peluang Pariwisata
Sementara itu, Perwakilan Balai Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Arimijati, dalam paparannya menyebut bahwa Festival Lestari 5 yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi adalah langkah maju.
Sebagai perwakilan lembaga yang ditunjuk untuk menjaga cagar biosfer di Lore Lindu, ia memandang Festival Lestari 5 sejalan dengan konsep perlindungan, perawatan, dan pemberdayaan alam yang sudah tercantum dalam visi pembangunan hijau Kabupaten Sigi.
“Ada 72 desa yang jadi penyangga cagar biosfer di TNLL. Sebagian besarnya, yakni sekitar 48 desa berada di Kabupaten Sigi. Selebihnya, masuk wilayah Kabupaten Poso. Dari jumlah itu, 56 desa sudah melakukan kerjasama dengan TNLL. Kerjasama itu antara lain mencakup pemberdayaan ekonomi berbasis alam,” ungkapnya.
Dengan begitu, menurut Armijati, tidak ada alasan untuk menilai bahwa masyarakat menjadi terbatas dalam hal pemberdayaan ekonomi dengan adanya hutan di sekeliling tempat tinggalnya.
Baca Juga: Kembali Dibuka, Berikut Cara Daftar Kunjungan ke Observatorium Bosscha
“Keberadaan TNLL justru mengambil peran penting untuk membantu meningkatkan ekonomi sekitar kawasan hutan lindung,” kata Armijati.
Kembangkan praktik ekonomi lestari
Sejumlah pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang turut hadir dalam konferensi pers juga memaparkan praktik-praktik ekonomi lestari yang sudah diterapkan untuk meningkatkan nilai komoditas khas Sigi.
Salah satunya adalah Zaitun, seorang pengurus Koperasi Tani Vanili Simpotove di Kecamatan Palolo. Dia menyatakan, komoditas kakao yang dihasilkan koperasinya sudah tersertifikasi dan saat ini sedang merambah ke komoditas vanili.
“Ada pendampingan dalam mengelola komoditas-komoditas itu, seperti tidak menggunakan pestisida dan sebagainya,” ungkap Zaitun.
Begitu pula dengan Herri Ramdhani, seorang pelaku UMKM yang menggeluti bisnis kopi yang ditanam dibudidayakan di Kabupaten Sigi.
Baca Juga: Berdayakan UMKM Perempuan, Ini Perjalanan Karier Agustina Samara dari DANA
“Pada 2017, kami membawa kopi ke Jakarta, tapi semuanya ditolak karena kualitasnya jelek. Tapi sekarang setelah melalui pendampingan. Alhamdulillah, kami malah sibuk memenuhi permintaan (pesanan),” sebutnya.
Ada pula Nadya Sinimta Maulaning, anak muda yang tergabung dalam kelompok Gampiri Interaksi. Ia mengaku, kelompoknya difasilitasi untuk mengurus lahan yang sudah tidak produktif agar dapat kembali dimanfaatkan untuk bercocok tanam.
Tak hanya itu, sedikitnya 20 UMKM setempat sudah digiring ke dalam program inkubasi agar bisa bertransformasi dalam usaha.
“Praktik dan inovasi-inovasi seperti ini juga akan kita bagi pada forum-forum selama Festival Lestari 5,” tambah Armijati.
Baca Juga: Pemerintah Tingkatkan Cakupan Imunisasi Rutin Lengkap Lewat Imunisasi Kejar
Sebagai informasi, Festival Lestari sebelumnya bernama Festival Kabupaten Lestari atau FKL. Festival pertama kali diluncurkan oleh LTKL pada 2018 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
LTKL adalah asosiasi kabupaten yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten sebagai bagian dari kaukus Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) untuk mewujudkan visi ekonomi lestari dengan menjaga lingkungan dan mensejahterakan masyarakat lewat gotong royong multipihak.
Hingga kini, LTKL memiliki sembilan kabupaten anggota di enam provinsi di Indonesia dan bekerja berdampingan dengan 27 jejaring mitra multipihak tingkat daerah, nasional, dan global.
Festival Lestari 5 juga digelar berkat kerja sama antara Kementerian Investasi atau BKPM, APKASI, Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu, BRIN-MAB UNESCO Indonesia, Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Koalisi Ekonomi Membumi, GIZ SASCI+, dan Tropical Forest Alliance.