Advertorial

Kenalan dengan Desa Wayu, Surga Bagi Pecinta Paralayang

Yussy Maulia - Jumat, 23 Juni 2023
Desa Wayu menjadi istimewa bagi pencinta paralayang,
Desa Wayu menjadi istimewa bagi pencinta paralayang, DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh.

“Kami mengerti karena di Desa Wayu ada banyak lahan jagung dan kemiri yang merupakan sumber penghasilan warga. Akhirnya, dilakukan dialog-dialog dengan masyarakat dan terjadilah tempat wisata Paralayang Desa Wayu ini,” cerita Amir.

Baca Juga: Selain Desa Panglipuran, Ini 4 Hidden Gem Desa Adat Lainnya di Bali

Andi Lasippi selaku Majelis Adat Kecamatan Marawola pun turut merasa bangga. Ia mengatakan bahwa masyarakat setempat sebenarnya mendukung pembukaan lahan di Desa Wayu sebagai area wisata paralayang, tetapi memang diperlukan dialog yang baik.

“Saat ini, sudah ada saling pengertian dan kesepakatan. Kami selaku masyarakat adat di Desa Wayu berusaha sebisa mungkin menyambut tamu-tamu yang datang, tetapi para pendatang juga harus menghargai budaya dan adat yang dipercayai oleh masyarakat kami,” ujarnya.

Andi pun mengaku bersyukur karena sejauh ini, toleransi serta rasa saling menghormati antara pendatang dan masyarakat setempat sudah terbangun. Contohnya, semua masyarakat yang datang sudah berpakaian yang baik dan sopan sesuai dengan adat istiadat.

Keberpihakan pemerintah dalam mengembangkan Desa Wayu sebagai destinasi wisata aerosport juga memperoleh respons positif dari klub-klub paralayang di Kabupaten Sigi, seperti Sigi Paralayang, Maleo Paralayang, dan Salena Paralayang.

Baca Juga: Bak Negeri Salju di Atas Awan, Ini 4 Fakta Menarik Fenomena Embun Upas di Dieng

Atlet senior dari klub Maleo Paralayang, Abdul Wahid, mengatakan bahwa anugerah alam yang diberikan Tuhan di Desa Wayu tidak boleh disia-siakan. Oleh sebab itu, klub-klub paralayang pun aktif melakukan pembinaan dan upaya regenerasi anggota klub.

“Buat apa kita punya spot (paralayang) terbaik tapi tidak ada atletnya?,” kata Abdul.

Lebih lanjut Abdul mengatakan, warga sekitar Desa Wayu juga menjadi pendukung terbesar tumbuhnya olahraga paralayang di Kabupaten Sigi.

“Jangan kira atlet paralayang datangnya dari luar desa ini saja. Sekarang sudah ada lho lima atlet paralayang yang asalnya dari Desa Wayu. Mereka sudah berprestasi dan mengharumkan nama daerah,” kata Abdul.

Baca Juga: Ikut Ajang Lari Bergengsi, In Tips Persiapan Maraton dari Pelari Maraton Elite Internasional

Menggerakkan kembali roda ekonomi warga

Berkembangnya Desa Wayu sebagai lokasi wisata paralayang juga diharapkan dapat menjadi penggerak roda ekonomi warga setempat.

Sebelum diterpa badai pandemi Covid-19, Desa Wayu menjadi saksi bencana alam di Sulawesi Tengah, seperti gempa, likuifaksi, dan tsunami. Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kota Palu terdampak parah oleh bencana yang disebabkan oleh berderaknya Sesar Palu Koro—sesar aktif yang membelah punggung Pulau Sulawesi.

“Pada 2018 itu (bencana) terjadi. Kami sedang ada kejuaraan (paralayang). Untungnya, kami terbang pagi dan landing di pantai yang terkena tsunami itu pada siang hari sebelum waktu salat Jumat. Kami ingat sekali, bagaimana jika kami terlambat landing sepersekian menit saja. Sudah pasti semua dari kami jadi korban,” kisah Amir.

Meski demikian, ia mengatakan tak sedikit penerbang yang gugur akibat bencana tersebut. Kebanyakan dari mereka justru penerbang yang sudah sampai di hotel untuk bersiap mengikuti acara lainnya.

Baca Juga: Festival Lestari V, Investasi Sembari Menjaga Pelestarian Lingkungan

“Kami bantu cari nama-nama yang jadi peserta kejuaraan itu. Para peserta yang belum masuk hotel bisa berlarian menyelamatkan diri. Beberapa orang tidak sempat,” kata Amir.

Gempa tersebut, ditambah dengan badai Covid-19, membuat warga Desa Wayu juga terpengaruh secara ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan lokasi wisata Paralayang Desa Wayu diharapkan menjadi siasat yang tepat untuk menggerakkan kembali roda ekonomi warga.

Gotong royong yang dilakukan antara Pemprov Sulawesi Tengah, Pemkab Sigi, komunitas pegiat paralayang, dan warga setempat telah menghasilkan sebuah potensi besar. Berkembangnya Desa Wayu sebagai lokasi wisata paralayang diharapkan juga tetap memperhatikan keberlanjutan alam dan kesejahteraan warga Desa Wayu.

(Kontributor Foto: Joshua Marunduh/Teks: Basri Marzuki)

Penulis:
Editor: Sheila Respati
REKOMENDASI HARI INI

Kurikulum Merdeka Beri Literasi Finansial untuk Siswa, Bagaimana Aplikasinya?