Baca Juga: Ikon Fashion Chiara Ferragni Eksplor Kecintaannya pada Kopi dengan Koleksi Ispirazione Italiana
Disambut baik pengusaha kafe
Momentum Festival Lestari 5 juga disambut baik oleh pengusaha kafe di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Salah satunya, pemilik Kopi Sebati, Rohmat Sebati (29). Rohmat memanfatkan momen festival untuk memperkenalkan seduhan kopi arabika di kafenya.
Di kafe yang dikelolanya, Rohmat mengaku tak pernah kehabisan pasokan. Suplai bahan baku dari kebun milik Ismail dan beberapa petani kopi, baik dari Desa Dombu maupun Desa Wayu, relatif stabil.
Kehadiran festival bertema alam seperti Festival Lestari 5, menurut dia berguna untuk memperkenalkan kopi yang dihasilkan dari bumi Sigi. Terlebih, kata Rohmat, belakangan ini konsumen mulai kritis akan kualitas hingga cita rasa kopi yang mereka konsumsi.
“Konsumen kopi yang kritis memang belum banyak dibanding penikmat kopi konvensional. Namun, perlu diantisipasi karena mulai ada penikmat kopi yang tak sekadar mengandalkan rasa dan teknis menyeduh kopi untuk mendapat level kenikmatan tertentu. Mereka peduli kandungan. Selain itu, cara pertanian kopi termasuk relasi pengusaha kafe dan petani kopi,” jelas Rohmat.
Baca Juga: Kopi Bikin Kembung itu Hanya Mitos Belaka, Kok Bisa? Ini Alasannya
Ia bercerita, pernah menemui konsumen seperti itu di kafe miliknya. Konsumen tersebut kritis dan memerlukan perhatian khusus, tetapi keberadaan mereka memberi dampak baik bagi industri kopi.
‘’Mereka tanya-tanya apakah harga beli di tingkat petani memberi keuntungan yang wajar pada petani atau seperti apa. Dalam jangka panjang, sikap kritis konsumen semacam itu memberi dampak baik bagi perkopian di Kota Palu dan Sigi,’’ katanya.
Saat ini, kopi dombu merupakan salah satu komoditas yang didorong oleh pemerintah setempat untuk diekspor. Adapun, negara tujuan ekspornya adalah Dubai dan Jepang.
Durian sebagai penambah penghasilan
Warga Desa Dombu dan Wayu memiliki komoditas lain yang patut dibanggakan, yakni durian. Para petani, di sela-sela menunggu panen tanaman pokoknya, menjadi pengumpul durian. Durian-durian tersebut kemudian dijual ke Kota Palu.
Baca Juga: Masuk Musimnya, Ternyata Begini Cara Menanam Durian yang Benar
Hasmin (43), salah satu petani jagung di Desa Wayu, misalnya. Ia mengumpulkan durian, kemudian dijual di Palu dengan harga beragam, mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per buah.
Durian, katanya, hanya dijadikan penambah penghasilan. Sebab, waktu panen durian bersifat musiman. Namun, Hasmin mengaku hasil yang diperoleh dalam satu kali panen bisa dibilang lumayan.
“Bulan depan, saya mulai panen tanaman utama di perkebunan. Saya tanam jagung, sayur, dan palawija,” kata Hasmin.