"Salah satu syarat bergabungnya mereka itu mau belajar dan bertumbuh, jadi kita bersama-sama, bareng-bareng," ungkapnya.
Perempuan asal Tangerang Selatan yang berusia hampir 50 tahun ini bahkan mengungkapkan kalau pegawai perempuannya tak harus yang sudah ahli dan andal dalam mengelola cokelat.
Ia sendirilah yang mengajarkan cara mengolah cokelat, produk utama jualan UMKM HeiChoko.
"Awal bergabung belum punya kemampuan (mengolah cokelat), tapi diajari, semua berawal dari diajari, apa yang sudah saya lakukan saya transferkan ilmunya ke mereka," ceritanya.
Mengawali dan merintis UMKM cokelat, Hesti ternyata sudah mengurus legalitas, sertifikat halal, hingga mendaftarkan nama merek HeiChoko ke HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).
Hesti menceritakan bahwa ia mengurus sendiri untuk masalah pendaftaran nama merek dan sertifikat halal. Namun untuk masalah legalitas, ia bersama dengan komunitas UMKM yang ia ikuti.
"HAKI saya datang sendiri ke Kementerian Perindustrian, saya datang ke sana. Bergabung dengan komunitas UMKM bareng-bareng mengurus legalitas," ceritanya.
Srikandi untuk Negeri yang Peduli Lingkungan
Hesti tak menampik bahwa dengan berkembangnya UMKM di Indonesia pada saat ini berkontribusi pada kenaikan jumlah sampah.
Baca Juga: Kisah Sukma Maharani, Srikandi untuk Negeri Berdayakan Perempuan Lewat Blooming Seven