Menurut Globocan tahun 2020, kanker tiroid menempati urutan ke-12 dengan kasus kanker terbanyak yaitu mencapai 13.114 kasus.
Kasus kanker tiroid ini 2-3 kali lebih berisiko terjadi pada pasien perempuan dibandingkan pria.
Ibu Astriani menceritakan bahwa lebih dari 3.500 orang anggota komunitas yang tersebar di Indonesia didominasi oleh perempuan sering mengalami ketidakstabilan kondisi psikologis yang cepat sekali akibat penyakit tiroid.
Pada kesempatan ini Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD-KEMD, FINASIM, menyampaikan bahwa ibu hamil harus mewaspadai adanya penyakit tiroid pada masa kehamilan, “Apakah ibu hamil akan menurunkan penyakit tiroid? Iya, 25% ibu hamil dapat menurunkan penyakit pada bayinya."
"Namun tidak perlu takut hamil, jadi sebelum hamil skrining. Jika belum hamil, dapat dideteksi dan di treatment terlebih dulu. Jadi betapa pentingnya preparing your pregnant, dan jangan takut karena terdapat skrining tiroid pada risiko tinggi penyakit tiroid”, kata ketua PP INATA
Menurut dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K), M.Kes., FANMB, “Dari literatur bilang kalau terdapat kelompok risiko kanker tiroid yaitu, low risk, intermediate risk dan high risk atau disebut dengan risiko kekambuhan."
"Pada golongan kanker tiroid intermediate risk dan high risk diharuskan mendapat terapi ablasi, tapi pada golongan low risk perlu beberapa pertimbangan khusus dari dokternya mengapa tidak memerlukan terapi ablasi.”
Selain itu menurut Dr. dr. Diani Kartini, SpB.Subsp.Onk(K) juga menyampaikan “Jika efek samping suara serak pasca operasi tiroid memang bervariasi pada setiap pasien tergantung seberapa sulitnya proses operasinya."
"Suara dapat pulih dan berangsur membaik dalam waktu sekitar 1-2 bulan. Namun memang jika jaringan kanker tiroid sudah lengket, suara yang serak bisa berlangsung permanen.”
Baca Juga: Viral di TikTok Hari Tiroid Sedunia, Ini Jenis Penyakit Tiroid yang Patut Diwaspadai