Parapuan.co - Kawan Puan, anak balita atau toddler sering menunjukkan perilaku suka memukul.
Rupanya, hal ini merupakan salah satu bagian dari tahap perkembangan anak.
Perilaku memukul atau menggunakan tindakan fisik merupakan cara mereka untuk mengekspresikan diri.
Oleh karenanya agar tidak asal memarahi anak, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memahami penyebabnya.
Seperti dirangkum dari The Bump, di bawah ini beberapa penyebab toddler suka memukul dan cara mengatasinya!
1. Ekspresi Emosi
Penyebab pertama toddler suka memukul adalah karena mereka belum dapat mengungkapkan emosi dengan kata-kata.
Mereka mungkin merasa frustrasi, marah, atau bahkan terlalu senang, tetapi belum memiliki kemampuan verbal yang cukup untuk menyatakan perasaan ini.
Baca Juga: 3 Kiat Pola Asuh Demokratis pada Anak, Komisioner KPAI: Emosi Anak Itu Penting
Sebagai gantinya, mereka mencoba untuk mengekspresikan emosi tersebut melalui tindakan fisik seperti memukul.
Cara mengatasinya, orang tua dapat membantu anak belajar mengungkapkan emosi dengan mengajarkan kata-kata yang sesuai.
Mengajarkan atau menstimulasi dengan komunikasi verbal, seraya memberikan contoh dengan merespon emosi mereka.
Misalnya mengatakan, "Kamu sedang marah, tapi memukul tidak baik" atau "Kalau kamu merasa senang, tertawalah dan jangan memukul".
2. Imitasi atau Meniru
Balita cenderung meniru perilaku yang mereka lihat dari orang dewasa atau anak-anak lain di sekitarnya.
Jika mereka melihat seseorang memukul atau menggunakan tindakan fisik sebagai cara untuk menyelesaikan konflik, toddler mungkin akan meniru perilaku tersebut.
Untuk mengatasinya, penting bagi orang dewasa di sekitar anak untuk memberikan contoh perilaku yang baik.
Baca Juga: 6 Ciri Khas Anak Balita, Mulai dari Bikin Gemas sampai Memancing Emosi
Hindari menggunakan tindakan fisik sebagai solusi untuk konflik, dan selalu berbicara dengan tenang dan penuh pengertian ketika menghadapi situasi sulit.
3. Frustrasi karena Keterbatasan Keterampilan
Toddler sering kali merasa frustrasi karena belum punya keterampilan motorik atau verbal yang cukup untuk berkomunikasi secara efektif.
Keterbatasan inilah yang rupanya memicu anak balita merasa frustrasi, sehingga mereka memukul.
Cara mengatasinya, orang tua dapat membantu mengurangi rasa frustrasi mereka dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan secara bertahap.
Pujian dan dorongan saat mereka berhasil melakukan tugas-tugas tertentu dapat membantu membangun rasa percaya diri anak.
4. Balita Mencoba Memahami Dampak Tindakannya
Terkadang, balita mungkin memukul sebagai bagian dari eksperimen untuk memahami dampak dari tindakan yang dilakukan.
Dalam hal ini, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari bahwa memukul dapat menyakiti orang lain.
Untuk mengatasinya, penting bagi orang tua untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang konsep empati dan bagaimana tindakan dapat memengaruhi orang lain.
Dengan berbicara tentang konsekuensi dari tindakannya, anak-anak akan mulai memahami pentingnya berperilaku baik.
Baca Juga: Anak Balita Menolak Duduk di Car Seat? Ayah Bisa Lakukan 5 Trik Ini
5. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan di sekitar anak juga dapat memainkan peran dalam perilaku toddler yang suka memukul.
Jika anak sering terpapar pada konflik atau agresi di rumah atau di tempat penitipan anak atau lingkungan bermainnya, mereka mungkin menginternalisasi perilaku tersebut.
Bagaimana mengatasinya? Orang tua dan pengasuh harus menciptakan lingkungan yang aman dan positif di sekitar anak.
Tunjukkan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan cara-cara yang damai dan berbicara dengan baik, bukan dengan memukul.
Perilaku memukul pada anak balita sebenarnya merupakan hal yang umum.
Hal ini dapat diatasi dengan memahami si kecil, bersabar, dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak.
Dengan begitu, anak-anak dapat belajar cara yang lebih baik untuk mengekspresikan diri dan menyelesaikan konflik tanpa memukul.
Demikian tadi beberapa penyebab balita suka memukul dan cara mengatasinya. Semoga informasi di atas menambah wawasan, ya.
Baca Juga: 5 Upaya Mencegah serta Melawan Kekerasan dan Perkawinan Anak di Lingkungan Keluarga
(*)