Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Ini sesuai ungkapan Leon F Seltzer, 2011 dalam artikelnya berjudul, “Why We Hide Emotional Pain: Strong people won't let themselves cry, right?”.
Disebutkan Seltzer sebagai salah satu temuan penting kajiannya: Perempuan khawatir untuk mengungkapkan tekanan emosional yang dihadapinya.
Karena dengan mengungkapkan tekanan yang dialaminya, perempuan bisa dianggap terlalu sensitif.
Selain mengemban doktor di bidang bahasa Inggris, Seltzer juga ahli psikologi. Dengan spesialisasi klinis dalam kemarahan, resolusi trauma, konflik pasangan, perilaku kompulsif/adiktif, pengendalian stres, dan depresi.
Lebih lanjut Seltzer menjelaskan bahwa seseorang yang tengah dalam modus penyangkalan, sesungguhnya sedang memberi reaksi terhadap rasa sakit emosional yang menderanya.
Seluruh penyangkalan tersebut dilakukannya dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari rasa sakit yang lebih dalam. Diciptakanlah tembok yang memisahkan dirinya dengan sumber derita baru.
Namun itu tak menghindarkannya dari peninggalan jejak. Jejaknya bisa dalam bentuk hilangnya nafsu makan yang tiba-tiba. Atau justru mulai makan dengan lahap.
Seluruhnya untuk "mengisi" perasaan, atau menghilangkan rasa sakit yang amat menderanya.
Dalam jangka panjang, seluruh proses ini dilakukan sebagai pertahanan diri, dari bahaya lebih dalam.
Baca Juga: Arawinda Kirana Rilis Film Pendek Diam, Kisah Nyata Perempuan Korban Kekerasan Seksual