Mattel sendiri telah meluncurkan Dream Gap Project-nya pada tahun 2018, setelah adanya penelitian dari New York University (NYU).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa memasuki usia lima tahun, banyak anak perempuan yang mulai membentuk keyakinan yang membatasi diri dan cara berpikir bahwa mereka tidak secerdas dan semampu anak laki-laki.
Dream Gap untuk anak-anak perempuan masih ada, tetapi penelitian terbaru dari NYU menunjukkan bahwa tantangan tersebut bukan terletak pada kurangnya rasa percaya diri atau semangat pada anak perempuan.
Meski telah ada kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender, stereotip dan bias sosial masih ada dan dapat memengaruhi perjalanan dan pilihan masa depan seorang anak perempuan.
Barbie Dream Gap Project adalah misi global yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan ini dengan menantang stereotip gender.
Misi ini diharapkan mampu membantu menghilangkan bias yang menghambat anak perempuan mencapai potensi mereka sepenuhnya.
Untuk pertama kalinya, ekspansi Dream Gap Research Project oleh Mattel di Asia Pasifik akan mempelajari dampak dari faktor-faktor tersebut pada anak perempuan dan anak laki-laki.
Studi Dream Gap juga akan memberikan wawasan berharga yang akan membantu membentuk kemitraan, membangun diskusi di antara pemangku kepentingan, dan berkontribusi pada pengembangan kebijakan di dalam wilayah tersebut.
Hasil studi gap gender bidang STEM untuk Australia dan Indonesia ini akan tersedia pada Desember 2023.
Wah, bagaimana hasil dari proyek ini nantinya, ya? Akankah anak perempuan bisa jadi makin tertarik untuk masuk ke bidang STEM?
Baca Juga: Ketentuan Beasiswa British Council untuk Perempuan di Bidang STEM
(*)