Parapuan.co - Kawan Puan, momen Hari Anak Perempuan Sedunia tanggal 11 Oktober belum lama berlalu.
Dan untuk merayakan serta memeringatinya, belum lama ini perusahaan mainan internasional yang memproduksi boneka Barbie, Mattle, membuat gebrakan baru.
Mattle mengumumkan kerja sama dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia melalui program New Colombo Plan (NCP).
Kerja sama tersebut juga dijalin dengan berbagai universitas terkemuka, yakni University of Melbourne (UoM) dan mitranya, Universitas Indonesia (UI).
Sebagaimana dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN, hasil dari kerja sama itu ialah Dream Gap Project yang diluncurkan di Asia Pasifik.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena Dream Gap di Australia dan Indonesia.
Selain itu, juga untuk memahami lebih spesifik mengenai bagaimana stereotip sosial memengaruhi minat anak-anak muda pada bidang STEM (science, technology, engineering, dan mathematics).
Ada pun penelitian yang dilakukan di Australia dan Indonesia ini akan fokus pada anak-anak berusia 4-6 tahun.
Penelitian akan mempelajari bagaimana stereotip sosial dapat membentuk aspirasi anak-anak perempuan dan laki-laki, dan mengidentifikasi dampak dari Dream Gap terkait "Identitas STEM" mereka.
Baca Juga: Bintang Beasiswa Hadir Lagi Dukung Perempuan Muda Berkarier di STEM
Proyek ini melibatkan pemikiran tentang diri mereka sebagai individu yang berkaitan dengan STEM yang melibatkan proses keterampilan, kapabilitas dan kecenderungan tertentu.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mengatasi Dream Gap.
Seperti diketahui, bidang STEM merupakan topik utama bagi sebagian besar negara dan dianggap sangat penting dalam mengikuti perkembangan teknologi yang cepat untuk kemajuan ekonomi dan kemakmuran.
Diperkirakan bahwa para pekerja di masa depan akan menghabiskan lebih dari dua kali lipat waktunya pada tugas dan pekerjaan yang membutuhkan ilmu sains, matematika, dan pemikiran kritis dibandingkan pada saat ini.
Namun, sayangnya para perempuan tidak masuk ke bidang yang berhubungan dengan STEM dengan tingkat yang sama jika dibandingkan dengan para laki-laki.
Di samping itu, pada umumnya para perempuan juga meremehkan kemampuan dan potensi mereka terhadap ilmu tersebut.
"Di Mattel, kami berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan memberikan inspirasi untuk potensi yang tak terbatas pada setiap anak," kata Paul Faulkner, Direktur Utama dari Mattel-Asia Pasifik.
"Asia Pasifik memiliki peran yang signifikan bagi Mattel, dengan sebagian besar pengoperasian dan pekerjanya berbasis di sini, hal ini tentunya memberikan kami peluang yang besar untuk mendukung anak-anak muda di wilayah ini," imbuhnya.
"Dream Gap Project bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bias gender, untuk menghapus hambatan-hambatan di generasi mendatang," terang Paul lagi.
Baca Juga: Dukung Perempuan Berkarya di Bidang STEM, Nestle Lakukan Langkah Ini untuk Ibu Bekerja
Mattel sendiri telah meluncurkan Dream Gap Project-nya pada tahun 2018, setelah adanya penelitian dari New York University (NYU).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa memasuki usia lima tahun, banyak anak perempuan yang mulai membentuk keyakinan yang membatasi diri dan cara berpikir bahwa mereka tidak secerdas dan semampu anak laki-laki.
Dream Gap untuk anak-anak perempuan masih ada, tetapi penelitian terbaru dari NYU menunjukkan bahwa tantangan tersebut bukan terletak pada kurangnya rasa percaya diri atau semangat pada anak perempuan.
Meski telah ada kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender, stereotip dan bias sosial masih ada dan dapat memengaruhi perjalanan dan pilihan masa depan seorang anak perempuan.
Barbie Dream Gap Project adalah misi global yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan ini dengan menantang stereotip gender.
Misi ini diharapkan mampu membantu menghilangkan bias yang menghambat anak perempuan mencapai potensi mereka sepenuhnya.
Untuk pertama kalinya, ekspansi Dream Gap Research Project oleh Mattel di Asia Pasifik akan mempelajari dampak dari faktor-faktor tersebut pada anak perempuan dan anak laki-laki.
Studi Dream Gap juga akan memberikan wawasan berharga yang akan membantu membentuk kemitraan, membangun diskusi di antara pemangku kepentingan, dan berkontribusi pada pengembangan kebijakan di dalam wilayah tersebut.
Hasil studi gap gender bidang STEM untuk Australia dan Indonesia ini akan tersedia pada Desember 2023.
Wah, bagaimana hasil dari proyek ini nantinya, ya? Akankah anak perempuan bisa jadi makin tertarik untuk masuk ke bidang STEM?
Baca Juga: Ketentuan Beasiswa British Council untuk Perempuan di Bidang STEM
(*)