Parapuan.co - Kawan Puan, pernahkah kamu melakukan pembenaran informasi hanya pada fakta yang kamu percaya?
Jika iya, kamu mungkin melakukan cherry picking. Istilah cherry picking belum lama ini disinggung oleh Cinta Laura dalam sebuah video yang diunggah di Instagram.
Alasan Cinta Laura menyinggung tentang cherry picking ialah karena melihat kondisi netizen yang melakukan pembenaran atas fakta yang sesuai pendapatnya, dan mengabaikan hal lain yang tidak sesuai.
Lantas, apa sih sebetulnya yang dimaksud dengan cherry picking? Seperti apa contoh cherry picking dalam kehidupan? Yuk, simak informasi berikut!
Lihat postingan ini di Instagram
Apa Itu Cherry Picking?
Di dalam video unggahannya, Cinta Laura menuturkan cherry picking merupakan suatu kesesatan dalam logika.
"Cherry picking adalah saat kita menggunakan dan memilih bukti, data, atau kasus yang membenarkan pandangan atau kepercayaan kita sendiri," tutur Cinta.
"Dan dengan sengaja mengabaikan sebagian besar dari bukti-bukti yang bertolak belakang dengan pandangan kita," lanjutnya.
Sementara itu untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan mengenai cherry picking seperti dilansir dari Effectiviology!
Baca Juga: Cegah Konflik, Ini 5 Manfaat Nonviolent Communication dalam Hubungan yang Viral di TikTok
Cherry picking adalah suatu kesalahan logika yang terjadi ketika seseorang hanya memfokuskan pada bukti yang mendukung pendapatnya.
Sementara itu, mereka mengabaikan bukti yang bertentangan dengan apa yang diyakini.
Penting untuk memahami cherry picking, karena sering kali digunakan dalam kehidupan dan dapat memengaruhi segala hal.
Mulai dari bagaimana orang menyajikan retorika yang menyesatkan hingga bagaimana mereka melakukan proses penalaran internal.
Contoh Kasus Cherry Picking
1. Cherry Picking oleh Media
Contoh media melakukan cherry picking adalah ketika informasi yang disampaikan kepada publik hanya menyajikan satu sisi cerita.
Misalnya ada informasi mengenai resesi ekonomi global yang bisa dialami berbagai negara, tapi diberitakan hanya akan dialami oleh Indonesia.
Informasi cherry picking semacam ini tentu dapat menyesatkan karena membuat publik di Tanah Air jadi resah dan takut.
Baca Juga: Mengunggah Foto Anak-Anak di Media Sosial, Yakin Aman?
2. Cherry Picking dalam Kasus Kekerasan Seksual
Sering kali dalam kasus kekerasan seksual, perempuan menjadi pihak yang disalahkan karena mengenakan pakaian terbuka.
Padahal, semua perempuan bisa jadi korban kekerasan seksual meski berpakaian tertutup sekali pun.
Hal ini menunjukkan sebagian orang melakukan cherry picking terhadap fakta bahwa kekerasan seksual bisa dialami siapa saja tanpa memandang gaya berpakaiannya.
3. Cherry Picking dalam Penelitian
Dalam penetilian, cherry picking juga bisa dilakukan dan kerap menjadi fenomena yang umum dalam berbagai komunitas ilmiah.
Cherry picking dalam penelitian terjadi apabila komunitas hanya mencari data-data pendukung yang sejalan dengan riset mereka saja.
Sementara data pendukung lain yang tidak sesuai diabaikan atau tidak digunakan.
Padahal di dalam penelitian ilmiah, semestinya semua informasi yang mendukung maupun tidak tetap digunakan sebagai perbandingan maupun pertimbangan.
Itulah tadi apa yang dimaksud dengan cherry picking dan contoh kasusnya. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan, ya.
Baca Juga: Stereotip Sosial Membentuk Aspirasi Anak, Ini Menurut Penelitian
(*)