Hal ini membuatnya bersama 17 rekannya untuk membangun perusahaan gim sekitar tahun 2009.
Kala itu, di Indonesia sendiri bisa dibilang belum ada atau belum banyak industri yang bergerak di bidang ini.
"Waktu itu sebenarnya saya sama co-founders yang lain kayak study group gitu," tutur Shieny.
Ia dan rekan-rekannya pun akhirnya berbagi tugas, siapa yang akan men-develope game, memasarkan, mendesain, dan peran-peran lainnya.
Jadi Perempuan di Industri Game adalah Privilege
Seiring berjalannya waktu, Agate semakin berkembang dan berbagai posisi membutuhkan peran para ahli di bidangnya.
Hingga suatu ketika, tawaran untuk menjadi CEO di Agate datang pada Shieny.
Meski sempat galau karena saat itu ia sedang program hamil, Shieny meyakinkan diri untuk menerima role yang ditawarkan.
Ia mengaku sama sekali tidak khawatir dengan anggapan tentang industri game yang didominasi laki-laki.
Baca Juga: Tantangan Pilot Perempuan di Dunia Aviasi yang Didominasi Laki-Laki