Parapuan.co - Belajar dari berbagai kasus kekerasan yang terjadi pada anak usia sekolah, tentu Kawan Puan tidak ingin putra atau putrimu menjadi pelaku bully.
Ada berbagai cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah anak menjadi pelaku bully atau perundung.
Psikolog anak Farraas Muhdiar atau yang akrab disapa Ayas mengungkapkan langkah yang bisa orang tua lakukan.
Salah satunya yaitu menanamkan kebaikan di dalam diri anak, dengan memberi tahunya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada orang lain.
Kepada PARAPUAN, Ayas juga mengungkapkan bahwa anak sudah bisa diajarkan untuk berempati sejak kecil.
"Itu sesuatu yang bisa banget diajarin dari kecil, misalnya dari membaca buku cerita, ngobrolin situasi sehari-hari," kata Ayas.
"Misalnya lihat orang yang secara ekonomi kurang beruntung, kita bisa ajarkan ke anak kira-kira kita bisa bantu apa ya," imbuhnya.
Waktu yang Tepat Menanamkan Kebaikan pada Anak
Kapan sebaiknya anak mulai diajarkan berbuat baik dan tidak melakukan perilaku yang buruk?
Baca Juga: Cegah Perundungan Sejak Dini, Ini Perilaku Anak yang Berpotensi Jadi Pelaku Bullying
Sejak kecil yang dimaksud oleh Ayas adalah ketika anak sudah mulai bisa bicara dan diajak berkomunikasi, yaitu di atas 12 bulan atau 1 tahun.
Lebih dini lebih baik, karena anak pada dasarnya bisa mengamati dan belajar membedakan baik dan buruk dari orang di sekitarnya.
"Di fase usia ketika bayi pun, anak itu kan sudah bisa observasi gimana cara orang berkomunikasi," terang Ayas.
"Dengan melihat orang-orang di sekitarnya berinteraksi dengan baik, pakai kata-kata yang baik, dan enggak ada yang pernah menggunakan kalimat merendahkan," tuturnya lagi.
Ayas menegaskan, memberikan contoh dari kebiasaan sehari-hari adalah cara jitu mencegah anak menjadi pelaku bully.
Dengan diajarkan sejak dini, anak-anak akan secara alami paham perilaku seperti apa yang boleh ditiru, apa yang tidak.
Pasalnya, anak secara alamiah terlahir baik, dalam kondisi yang baik, tinggal pola asuh dan pengaruh dari lingkungan yang menentukan jadi seperti apa mereka saat dewasa.
"Ketika anak SD, misalnya, atau TK dia menemukan perilaku buruk di teman-temannya, secara alami akan merasa itu salah," lanjut Ayas kepada PARAPUAN.
"Paling enggak, yang perlu kita tanamkan ke anak tuh modalnya. Bahwa anak kita punya sense," ungkapnya lagi.
Baca Juga: Tidak Sulit, Ini 3 Rahasia Sederhana Mengajarkan Kebaikan pada Anak
Pada anak balita, sense di mana anak punya kepekaan untuk lebih memahami baik dan buruk bisa diasah dari usia berapa pun.
Akan tetapi yang paling krusial menurut Ayas adalah di usia 3-5 tahun, ketika mereka sudah dapat diajak berkomunikasi dua arah.
Selain itu, pada usia tersebut kemampuan balita semakin berkembang, baik secara fisik maupun emosional.
"Menurut saya yang paling krusial itu di 3-5 tahun, karena di situ anak udah mulai banyak pertanyaan, udah lebih pinter juga," pungkas Ayas.
Jadi, pada dasarnya mengajarkan mana yang baik dan yang buruk bisa dilakukan sedini mungkin oleh orang tua kepada anak.
Dan di samping hanya menggunakan kata-kata untuk menasehati anak, akan lebih efektif bila orang tua memberikan contoh.
Itulah tadi bagaimana cara mengajarkan baik buruk dan menanamkan kebaikan pada diri anak.
Mudah-mudahan informasi di atas bermanfaat ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Dukung Keterampilan Sosial Anak, Ini 5 Manfaat Playdate bagi Balita
(*)