Parapuan.co - Kawan Puan yang sudah memiliki anak mungkin sering dihadapkan dengan situasi ketika mereka sedang rewel, mengamuk, nangis, dan sebagainya.
Tak dapat dimungkiri, tantrum ini jadi tingkah anak-anak kecil yang sering membuat stres orang tua.
Dan jika tantrum saja sudah membuat stres, tak jarang anak balita atau yang sedikit lebih besar pun mengalami yang namanya sensory meltdown.
Apa itu sensory meltdown yang dianggap lebih parah dari tantrum? Simak penjelasannya seperti melansir The OT Butterfly berikut ini!
Apa Itu Sensory Meltdown?
Sensory meltdown diartikan sebagai suatu ledakan sensitivitas sensorik pada anak-anak.
Istilah sensory meltdown dianggap sebagai ledakan tantrum ekstrem yang dipicu oleh sensori anak.
Sensory meltdown bisa berupa tindakan agresif yang ekstrem seperti memukul kepala, menggigit tangan, mencakar, atau mendorong orang lain.
Kondisi semacam ini membuat anak membutuhkan bantuan dari orang lain untuk meredakan ledakan emosinya.
Baca Juga: Anak Sering Tantrum, Ini Alasan Pentingnya Mengenalkan Emosi Pada Anak
Melihat apa yang menjadi pemicunya, menyerah dengan memberikan apa yang anak mau tidak akan menyelesaikan atau meredakan ledakan emosinya.
Sensory meltdown anak bisa saja berlanjut bukan dalam hitungan menit, tetapi jam.
Dibandingkan tantrum, kondisi ledakan emosi ini butuh waktu lebih lama untuk mereda dan berakhir dengan sendirinya.
Pemicu Sensory Meltdown
Lantas, hal apa yang bisa memicu sensory meltdown atau ledakan sensitivitas sensori pada anak?
Sesuai sebutannya, pemicunya ada hubungannya dengan aktivitas yang terkait atau melibatkan panca indera anak.
Misalnya ada air memercik di tubuhnya ketika ia sudah bersiap-siap untuk diajak pergi keluar.
Bahkan setelah percikan air dibersihkan atau bajunya diganti pun, anak mungkin tidak bisa langsung tenang.
Contoh lainnya, sensory meltdown bisa saja meledak setelah padatnya aktivitas anak dalam satu hari tertentu.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Tantrum, Kuncinya Ajarkan Komunikasi yang Baik
Semisal ketika anak sudah mulai sekolah, lalu ia kelelahan lantaran kegiatan di sekolah dan jadi sangat sensitif sampai mengalami ledakan emosi ketika pulang ke rumah.
Penyebab kelelahan tersebut tidak selalu merujuk pada aktivitas fisik, tapi juga yang melibatkan panca indera lainnya.
Seperti ketika anak mendengarkan bel istirahat, suara anjing menggonggong dari luar jendela, sering bersenggolan dengan teman sebangku, dan sebagainya.
Sensory meltdown bisa berdampak pada setiap anak, tetapi akan lebih parah bila terjadi pada anak dengan sensitivitas sensorik yang tinggi.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui apakah buah hati punya kepekaan tinggi terhadap sensori atau tidak.
Hal yang paling penting, orang tua harus bisa membedakan kapan anak mengalami sensory meltdown dan kapan sekadar tantrum.
Dengan begitu kamu dapat menemukan langkah yang tepat untuk mengatasinya dan mengantisipasinya.
Kiranya, itulah tadi sedikit informasi mengenai apa itu sensory meltdown dan penyebabnya. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Normalkah Anak Marah dan Sering Berteriak? Simak Tanda Bahaya dan Penyebabnya
(*)