Parapuan.co - Sebagian Kawan Puan mungkin masih mengikuti kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami Dokter Qory yang sedang viral.
Setelah sempat meminta perlindungan hingga melaporkan sang suami atas KDRT, baru-baru ini Dokter Qory diketahui telah mencabut laporannya.
Mengutip Kompas.com, rupanya sikap Dokter Qory mencabut laporan tersebut sangat umum terjadi pada korban KDRT.
Bahwasanya sebagian korban KDRT sulit meninggalkan pasangannya, bahkan walau telah melakukan kekerasan fisik, emosional, finansial, dan sebagainya.
Lantas, mengapa korban KDRT sulit meninggalkan pasangan? Simak beberapa kemungkinan penyebabnya berikut ini!
1. Ketergantungan Finansial
Salah satu faktor utama yang membuat korban KDRT sulit meninggalkan pasangan adalah ketergantungan finansial.
Banyak korban yang terkungkung dalam hubungan yang tidak sehat karena mereka tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup.
Dengan kata lain mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan anak-anak tanpa dukungan pasangan.
Baca Juga: Selain Berperilaku Aneh, Ini Tanda Perempuan Jadi Korban KDRT Seperti Dokter Qory
2. Rasa Takut dan Ancaman
Korban KDRT sering kali hidup dalam ketakutan yang konstan akibat ancaman dan intimidasi dari pasangan.
Ancaman fisik maupun psikologis dapat menciptakan rasa ketidakamanan yang menghambat kemampuan korban untuk melangkah keluar dari situasi.
Mereka bisa saja takut akan pembalasan dan khawatir terhadap keselamatan diri sendiri dan orang yang dicintai.
3. Isolasi Sosial
Pasangan yang melakukan tindakan KDRT biasanya menciptakan situasi di mana korban merasa terisolasi dari dukungan sosial.
Ini dapat membuat korban kehilangan hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan support system lainnya.
Tanpa dukungan sosial, korban merasa sulit untuk memutuskan hubungan dan mengatasi kondisi pernikahan yang penuh kekerasan tersebut.
4. Siklus Kekerasan dan Pembenaran
Baca Juga: Berkaca dari Kasus Lesti Kejora dan Rizky Billar, Kenali 4 Fase KDRT Ini
Sebagian korban KDRT terjebak dalam siklus di mana kekerasan diikuti oleh periode perbaikan dan pembenaran.
Pasangan yang melakukan kekerasan mungkin meminta maaf, berjanji untuk berubah, dan memberikan harapan palsu.
Hal ini bisa membuat korban merasa terjebak dalam harapan bahwa hubungan akan membaik, sehingga sulit bagi mereka untuk memutuskan meninggalkan pasangan.
5. Rendahnya Rasa Percaya Diri
Korban KDRT sering mengalami penurunan harga diri dan kehilangan keyakinan pada diri sendiri.
Proses ini dapat disebabkan oleh pelecehan berulang dan manipulasi psikologis dari pasangan.
Akibatnya, korban mungkin merasa tidak mampu atau tidak layak untuk hidup tanpa pasangan, bahkan jika hubungan itu merugikannya.
Demikian tadi hal-hal yang mungkin membuat Dokter Qory akhirnya mencabut laporan KDRT.
Kondisi seperti di atas boleh jadi terkesan biasa bagimu, tetapi tidak bagi perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Untuk itu sebaiknya tidak menghakimi, ya Kawan Puan.
Baca Juga: Lesti Cabut Laporan Atas Rizky Billar, Ini Risiko Terlalu Mencintai Pasangan
(*)
*Sebagian dari artikel ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI).