"Mengubah norma sosial yang berbahaya dan mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan adalah langkah penting menuju dunia yang lebih aman bagi semua orang," katanya.
Data WHO mengungkap satu dari tiga perempuan dan anak perempuan secara global mengalami kekerasan setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menekankan perlunya tindakan berkelanjutan.
Penelitian lebih lanjut oleh UNODC dan UN Women menunjukkan bahwa 55% dari semua pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan intim.
Fakta mengerikan tersebut semakin menekankan urgensi masalah pemberhentian kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.
Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan telah mengalami peningkatan dramatis, naik dari 216.156 pada tahun 2012 menjadi 457.895 pada tahun 2022.
Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani mengatakan, ”Peningkatan angka pelaporan bisa jadi adalah indikasi meningkatnya kepercayaan diri dan akses korban untuk melapor."
Baca Juga: Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ini 3 Dampak KDRT pada Kesehatan Mental
"Karena itu, jangan sia-siakan kepercayaan korban. Mari gerak bersama kita pastikan korban dapat menikmati haknya, dan menjadikan pengalaman korban sebagai pembelajaran untuk meneguhkan upaya mencegah kejadian serupa berulang," tambahnya.
Acara UNiTE menampilkan pertunjukan musik dari Danilla Riyadi dan Hippotopia.
Selain itu, acara UNiTE tahun ini membuka pendaftaran untuk “Panggung Terbuka” atau “Open Stage”.
“Panggung Terbuka” mengajak mahasiswa yang tertarik pada isu kesetaraan gender untuk mengirimkan video pertunjukan musik dan seni.