PBB dan IFI Desak Aksi Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan Lewat Konser UNiTE

Rizka Rachmania - Selasa, 12 Desember 2023
Antoine Bricout, Atase Kerja Sama Pendidikan & Universitas, Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan, Valerie Julliand, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia membuka acara UNiTE: Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yg diselenggarakan di M Bloc Live House, 10 Desember 2023.
Antoine Bricout, Atase Kerja Sama Pendidikan & Universitas, Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan, Valerie Julliand, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia membuka acara UNiTE: Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yg diselenggarakan di M Bloc Live House, 10 Desember 2023. Dok. UN Women

Parapuan.co - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Institut Français Indonesia (IFI) menggelar konser UNiTE dalam rangka perayaan Hari Hak Asasi Manusia, 10 Desember.

PBB dan IFI menggelar UNiTE, sebuah konser musik dan pertunjukan seni untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.

Konser UNiTE itu diselenggarakan di MBloc, Jakarta, Minggu, (10/11/2023).

Acara UNiTE menandai hari terakhir dari kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKTP).

16HAKTP punya tujuan untuk menggalang aksi demi masa depan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak perempuan.

Acara "UNiTE" diselenggarakan bersama oleh Kedutaan Besar Prancis, IFI, PBB di Indonesia - Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), Dana Kependudukan PBB (UNFPA), dan Program Pembangunan PBB (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan dan Yayasan Pulih.

Festival musik dan seni ini memiliki beberapa tujuan yakni meningkatkan perhatian, khususnya di kalangan pemuda untuk bersuara dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Konser UNiTE juga bertujuan untuk memperkuat solidaritas terhadap korban dan penyintas kekerasan, serta mendorong upaya kolaboratif untuk mengatasi isu ini.

Dalam pidato utamanya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menekankan pentingnya investasi dalam perlindungan hak perempuan dan anak perempuan bebas dari kekerasan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca Juga: Ini yang Dilakukan Korban dan Saksi saat Terjadi Kekerasan terhadap Perempuan di Tempat Kerja

“Kampanye ini bukan hanya peringatan, tetapi juga sebuah panggilan untuk bersama-sama mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di seluruh lapisan masyarakat," ucapnya.

Jamshed M. Kazi, UN Women Representative and Liaison to ASEAN, di sisi lain menyoroti pentingnya acara ini untuk menekankan pesan bahwa tidak ada alasan untuk kekerasan berbasis gender.

"Kekerasan terhadap perempuan harus dan bisa dicegah, kecuali kita memilih untuk diam," ucapnya.

"Mengubah norma sosial yang berbahaya dan mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan adalah langkah penting menuju dunia yang lebih aman bagi semua orang," katanya.

Data WHO mengungkap satu dari tiga perempuan dan anak perempuan secara global mengalami kekerasan setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menekankan perlunya tindakan berkelanjutan.

Penelitian lebih lanjut oleh UNODC dan UN Women menunjukkan bahwa 55% dari semua pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh anggota keluarga atau pasangan intim.

Fakta mengerikan tersebut semakin menekankan urgensi masalah pemberhentian kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan telah mengalami peningkatan dramatis, naik dari 216.156 pada tahun 2012 menjadi 457.895 pada tahun 2022.

Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani mengatakan, ”Peningkatan angka pelaporan bisa jadi adalah indikasi meningkatnya kepercayaan diri dan akses korban untuk melapor."

Baca Juga: Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ini 3 Dampak KDRT pada Kesehatan Mental

"Karena itu, jangan sia-siakan kepercayaan korban. Mari gerak bersama kita pastikan korban dapat menikmati haknya, dan menjadikan pengalaman korban sebagai pembelajaran untuk meneguhkan upaya mencegah kejadian serupa berulang," tambahnya.

Acara UNiTE menampilkan pertunjukan musik dari Danilla Riyadi dan Hippotopia.

Selain itu, acara UNiTE tahun ini membuka pendaftaran untuk “Panggung Terbuka” atau “Open Stage”.

“Panggung Terbuka” mengajak mahasiswa yang tertarik pada isu kesetaraan gender untuk mengirimkan video pertunjukan musik dan seni.

Pertunjukan musik dan seni itu harus mempromosikan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan serta pemberdayaan.

Kelompok Sea Flower dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatukan teater, puisi, musik, dan ballet dalam penampilan “Karena Kita Berarti” tentang kekerasan dalam pacaran.
Kelompok Sea Flower dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatukan teater, puisi, musik, dan ballet dalam penampilan “Karena Kita Berarti” tentang kekerasan dalam pacaran. Dok. UN Women

Dari lebih dari 30 pendaftar, lima penampil dari universitas di Jakarta, Jayapura, Mataram, dan Surabaya terpilih.

Mereka menampilkan musik, puisi, tarian, dan pertunjukan teater, serta menunjukkan keterampilan artistik sambil berkampanye untuk perubahan sosial.

Pertunjukan teater dari salah satu dari lima penampil “Open Stage” dari Universitas Cendrawasih dan Universitas Ottow Geissler Jayapura.
Pertunjukan teater dari salah satu dari lima penampil “Open Stage” dari Universitas Cendrawasih dan Universitas Ottow Geissler Jayapura. Dok. UN Women

“Musik dan seni adalah media yang kuat, dan pesan mereka untuk memberantas kekerasan sangat berdampak,” kata Danila Riyadi.

PBB di Indonesia terus membangun kemitraan yang kuat dengan lembaga pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan influencer untuk mempromosikan nol toleransi terhadap kekerasan terhadap perempuan.

Partisipasi Ayu Saraswati, UNFPA Champion, menekankan upaya advokasi berkelanjutan yang diperlukan untuk tujuan ini.

“Kita harus mengakhiri budaya permisif yang menormalisasi kekerasan terhadap perempuan," tegasnya.

"Setiap dari kita memainkan peran penting dalam mengeliminasi kekerasan terhadap perempuan. Kita harus terus mendorong perubahan di semua tingkatan,” lanjutnya.

Talkshow tentang “berinvestasi pada pencegahan kekerasan terhadap perempuan” bersama dengan Ayu Saraswati, UNFPA champion dan Wawan Suwandi, Yayasan Pulih.
Talkshow tentang “berinvestasi pada pencegahan kekerasan terhadap perempuan” bersama dengan Ayu Saraswati, UNFPA champion dan Wawan Suwandi, Yayasan Pulih. Dok. UN Women

Konselor Kerja Sama & Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis/Direktur IFI, Jules Irrmann menyorot kolaborasi kolektif untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan.

"Ini adalah prioritas bagi Prancis, ini adalah masalah dunia, ini adalah perjuangan kita. Kita harus bertindak bersama: katakan tidak pada segala bentuk kekerasan, stop normalisasi kekerasan, dan pecahkan keheningan. Kita harus bersuara dan mendukung korban."

Baca Juga: Menilik Pasal-Pasal Kontroversial KUHP terhadap Kebebasan Perempuan

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Borong Perlengkapan Ibu dan Bayi di Waktunya IMBEX Berd15kon!