Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Karena itu partai politik serta pasangan capres-cawapres semestinya mengistimewakan isu-isu perempuan, terutama karena perempuan memiliki kepentingan yang khas dan selama ini kurang dianggap penting jika dibandingkan dengan laki-laki.
Esensi mengedepankan kebutuhan-kebutuhan perempuan sebagai tajuk utama dalam membuat kebijakan publik yang ramah perempuan tidak hanya dipandang sebagai upaya mengakomodasi demokrasi yang dapat merepresentasikan kepentingan rakyatnya, namun juga sebagai konsekuensi pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan sosial.
Walaupun perempuan adalah golongan mayoritas dalam masyarakat, perempuan adalah kalangan yang paling sering dilanggar haknya dan mengalami ketidakadilan akibat prasangka gender.
Akibat kemampuan organ seksualnya, perempuan adalah pihak yang paling dituntut untuk meninggalkan ruang publik demi mengabdikan dirinya ke sektor domestik.
Maka perempuan rentan mengalami kekerasan sebab mereka diputus dari segala sumber daya yang dapat memberikan mereka kemerdekaan finansial dan otoritas untuk memutuskan.
Mengkhususkan kepentingan perempuan dalam program pemerintah dan mengimplementasikannya dalam kebijakan publik tak hanya menjadikan perempuan berdaya, tapi juga memberikan keuntungan ganda pada pemerintah.
Sebab apabila perempuan dan laki-laki sama-sama berdaya dalam meniti karier, tidakkah pemerintah akan mendapatkan pemasukan kas negara yang lebih besar akibat daya beli masyarakat yang sama besarnya?
Ketika perempuan dan laki-laki sama memiliki kejeniusan yang mampu memimpin ekspedisi ke ruang angkasa, wibawa dan kehormatan nama negara lah yang terangkat di mata masyarakat global.
Baca Juga: Menyambut Pemilu 2024, Mengapa Begitu Susah Memilih Perempuan?